Zulnas.com, Batubara –Suara ombak terdengar memukul benteng beton memecahkan air, suara burung merdu berkicauan dikala senja, sejumlah pekerja dan suara mesin molen larut mengebut proyek batu pemecah ombak terlihat bingar.
Tak terasa jam menuju pukul 17.00 WIB, cahaya siang mulai meredup, awan mulai menghitam pertanda hujan akan datang, anak pesisir tak hiraukan dan terus bermain di benteng proyek.
Beginilah suasana petang saat zulnas.com mengunjungi proyek pemecah ombak yang terdapat di Desa Badar Rahmad, Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara, Jum’at (27/11/2020).
Susunan riol tak begitu rapi terlihat memanjang sepanjang benteng, untuk menahan pukulan ombak air laut, selama puluhan tahun masyarakat bertahan di tempat perumahan nelayan sedangkan lokasi kian abrasi.
Proyek pembangunan tembok penahan gelombang air pasang di Desa Bandar Rahmad Kecamatan Tanjung Tiram terus dikebut. Hingga Akhir November, Jum’at (27/11/2020) pihak pekerja masih mengejar target selesai hingga Desember.
Pantauan awak media, proyek 7,8 Milyar yang dikerjakan oleh rekanan CV Permata Kasih terus berjalan. Pihak pekerja sebagian memasang Batu batako pada badan jalan, sedangkan pekerja lainnya bekerja pada bagian riol merapikan pada bagian lantai beton penahan ombak air pasang.
Proyek yang sudah berjalan empat bulan ini masih kesulitan menyelesaikan pekerjaan, medan yang terjal dan akses jalan yang hancur menjadi salah satu kendala bagi pihak rekanan hingga sulit menuntaskan.
Warga setempat mengaku mendukung pemerintahan daerah Batubara dalam membangun kawasan pesisir, apalagi mereka mengatakan wilayah perumahan nelayan yang terdapat di desa Bandar Rahmad selama ini kurang mendapat perhatian.
“Selama 15 tahun ini wilayah kami terus digerus air abrasi, setelah mekar baru kali ini kami merasa senang dengan dibangunnya proyek pembangunan tembok penahan gelombang air pasang,” Tutur warga setempat zakaria di lokasi itu.
Selama ini, katanya, pengikisan abrasi dihantam ombak kian mendekati pemukiman perumahan penduduk. Pasir yang dulunya membentang dihalaman pesisir pantai kini hilang dan hanya tinggal lumpur bak dampak proyek minyak lapindo pulau jawa.
Dia menjelaskan, proyek batu penahan gelombang air pasang ini dikerjakan sepanjang 300 meter badan jalan, proyek ini, katanya sudah hampir berjalan empat bulan lebih.
Harapannya, proyek yang dibangun dari Dinas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Batubara ini bisa segera selesai, dan dapat bermanfaat bagi masyarakat setempat.
Menurut pekerja, katanya, proyek ini sudah berjalan 60 persen, hanya tinggal 70 meter lagi yang terus dikebut hingga Pertengahan Bulan Desember akhir tahun ini.
Meskipun demikian, masih ada yang belum rampung pada penimbunan badan jalan dan pasangan turap, karena kesulitan mobil truk yang membawa pasir timbun untuk timbunan badan jalan.
“Perkiraannya udah hampir 60 persen, hanya tinggal 70 meter lagi yang belum dipasang kubus dan riolnya, karena menunggu bahan matrial yang belum datang,” Katanya.
“Sedangkan kesulitan mengerjakan proyek ini, karena akses jalan yang sulit dilalui oleh mobil truk membawa bahan matrial,” Tandasnya.
Baca Juga :
Proyek Penahan Gelombang Terus Dikebut, PWI Apresiasi Bupati
Proyek Pembangunan Tembok Penahan Gelombang 7,8 Milyar Dimulai
Proyek 7,8 Milyar Penahan Gelombang Bakal Jadi Percontohan Kampung Nelayan
Ini Potret Proyek Pembangunan Tembok Penahan Gelombang Air Pasang di Desa Bandar Rahmad Kecamatan Tanjung Tiram :