Zulnas.com, Batubara — Ketika penambalan Osman perkasa alam sebagai Sultan Deli menggantikan ayahandanya Tengku Alamuddin para pembesar kesultanan Deli secara sengaja tidak meminta persetujuan dan menghadap ke sultan Aceh sebagaimana lazimnya selama ini.
Semua tahu tanah Deli bukan saja negeri taklukan Aceh tetapi juga raja pertama kesultanan itu Gocah pahlawan panglima Aceh asal negeri India.
Pada saat kerajaan Aceh taklukkan kerajaan Aru di pulau Aru Langkat, raja panglima dan rakyat lari dan membentuk kerajaan Aru di Deli tua. Rakyat yang tinggal di Aru sekitarnya takluk dan memeluk agama Islam.
Kerajaan Aru di Deli tua dipimpin seorang ratu Boru malem, putri berparas cantik bercahaya hijau. Ketika lamaran pernikahan raja Aceh ditolak ratu Aru, panglima Aceh asal India Gocah pahlawan dan panglima muda perlak memimpin penyerbuan ke Deli tua.
Para panglima Aru yang lari ke gunung dikejar by Gocah pahlawan dan pasukannya. Sementara Boru malem yang lari ke laut dikejar panglima muda perlak beserta bala tentara.
Jadi jelaslah selama berbilang generasi penambalan sultan kesultanan Deli harus menghadap ke sultan Aceh Darussalam.
Kenapa saat ini Deli menyimpang dari ketentuan yang ada. Apakah kepongahan Deli terbit karena di sana telah bermukim para panglima bandar dari berbagai negeri?
Baca Juga : Bandar Rahmad Meminang Adik Sultan Asahan
Baca Juga : Penyerahan Negeri Bedagai
Kemarahan Tengku Ibrahim sultan Aceh memuncak, tetapi sultan harus berpikir saat ini kerajaan Deli memiliki orang orang kuat dari negeri Banjar dan Bugis serta bandar Rahmad yang piawai.
Tak hanya itu, di negeri Aceh pun Tengku Ibrahim sedang menghadapi situasi sulit, dimana perpecahan keluarga hampir tak dapat dihindarkan.
Sultan sedang menunggu waktu yang tepat untuk menegur keras kelakuan para petinggi negeri Deli yang telah melakukan pembangkangan.
Pada saat situasi seperti itu Muhammad Basyir anak sulung bandar Rahmad pulang berlayar dari India masuk dan sandar di negeri Aceh. Panglima Aceh menawan Muhammad Basyir sedangkan kapalnya dilepaskan berlayar karena berbendera Inggris,
Sultan Ibrahim raja Aceh berharap dengan ditawannya Muhammad Basyir anak sulung bandar Rahmad maka kesultanan Deli akan datang menghadap “mengaku salah”. Tapi ternyata bandar Rahmad tak pernah datang hampir 2 tahun lamanya.
Dalam pelesiran ke pantai sultan Aceh membawa panglima panglimanya serta tawanan politik Muhammad Basyir. Kejadian itu serta merta, tak diketahui dengan pasti, tiba tiba saja panglima Aceh asal Turki mengamuk dan menghunus rencong berteriak “Baginda kubunuh”, sambil mengejar sultan yang sedang bercekraman di bibir pantai.
Para prajurit yang menghadang telah beberapa orang yang bersimbah darah diterkam keris panglima yang sedang mabuk ini. Dalam satu tusukan sultan dapat menghindar. Ketika itu Muhammad Basyir datang bertarung. Dalam satu gerak tipu Muhammad Basyir menghunjamkan keris ke jantung panglima Aceh asal Turki itu.
Dari peristiwa ini Muhammad Basyir putra sulung Bandar Rahmad ditabalkan menjadi anak angkat sultan Ibrahim, dan diberi seorang istri orang Aceh asal Nias. Dari perkawinan ini Muhammad Basyir mendapatkan seorang putra yang diberi nama Muhammad Dagang. ***ET
