Zulnas.com, Batubara — Tangisan ibu Sirliyanti pecah, ia tak kuasa menahan cucuran air matanya yang keluar ketika hatinya robek saat merasakan gubuk reot yang dihancurkan oleh tim gabungan Pemkab Batubara menggusur rumahnya, kamis (08/08/2019).
Ibu delapan anak yang tinggal didusun IV Desa Kuala Tanjung Kecamatan Sei Suka tepatnya didepan PT Belawan Indah itu meminta perhatian pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Sebagai uang cilik, ia mengaku hanya sebagai berdagang dikaki lima itu, dan diperlakukan tidak adil karena ‘istananya’ digusur oleh tim penggerak Perda Satpol PP Batubara, TNI dan Polri.
Sirliyanti Togatorop adalah ibu delapan anak. Sebagai korban penggusuran, ia tak bisa menahan tangis mengenang pembongkaran warung sumber nafkahnya oleh aparat petugas gabungan.
Dilansir di media jangkau.com, satu hari setelah penggusuran, Sirliayanti mengaku mendapatkan perlakuan tak adil. Ia mempertanyakan sikap pemkab yang tebang pilih melakukan penertiban. Mengapa hanya dirinya seorang yang menjadi korban penggusuran. Sementara bangunan liar di sekililingnya tidak mendapatkan perlakuan yang sama.
“Aku, diangkatin barang aku, siap, aku gak marah, tapi pas mereka itu pulang ditinggal begitu saja tanpa ada ucapan apa apa. Siapa yang gak menagis siapa yang gak menjerit,” ucap Sirliyanti, jum’at (09/08/2019).
“Kenapa Punya aku sendiri yang dibongkar. Apa sebenarnya salah aku kenapa punya mereka gak dibongkar,” tanyanya sambil menangis merintih-rintih.
Ia menceritakan, dari warung usahanya tersebut hanya menjual sebagian kecil barang-barang berupa rokok dan aqua, dan di warung itulah dia melakukan aktifitas sehari hari bersama suami dan delapan anaknya. Sebab ia memang tidak mimiliki rumah sebagai tempat tinggal.
“Tapi kenapa aku dipojokkan orang itu. Kenapa terus pulang gak ada dibongkar yang lain. Aku dikorbankan. Kalau memang apabila pemda yang inigin mengambil, diambillah kiri kanan, kenapa aku sendiri,” sebutnya.
Ia mengaku pasrah dan berat hati menerima perlakuan tidak adil itu, dan ia pun tidak malakukan perlawanan apa-apa saat petugas melakukan pembongkaran warungnya.
“Tapi ketika orang itu berangkat dari warungku tidak ada bahasa mendinginkan hati dan perasaanku. sabar ya buk, bilang satu bahasa apa pun, yang orang itu pake dinas tidak dihargainya aku, tidak dihargai sedikitpun. Biar pun aku orang susah,” ujarnya sambil matanya berkaca-kaca.
Jadi, mohonlah, bukan aku orang kaya dan mau mengkayakan diri, aku mau ngasih anakku makan.
Kembali lagi ia mempertanyakan sikap Pemerintah Batubara yang tak peduli terhadap nasib masyarakat kecil, terutama aparat gabungan yang melakukan pembongkaran.
“Tiba mereka itu pejabat apapun mereka berangkat dari sini tidak ada sedikitpun bahasa. Kenapa aku dipojokkan mereka, kenapa warungku dikorbankan. Padahal begitu banyak kiri kanan pak. Aku sendiri. Yang gak enaknya hatiku, kenapa diri ku aja yang dikorbankan. kenapa, kenapa diriku diriku dikorbankan, itu aja yang aku tanyakan ke mereka,” ucapnya.
Disini lah memang gubuk derita lah, terangnya lagi, di sinilah aku bekerja, cuma ini yang aku jual (rokok dan aqua), bukan aku buka grosir, bukan aku orang kaya.
“Kenapa sampai hati pejabat pejabat itu,” sebutnya.
Br Togatorop, ia sempat mempertanyakan kepada petugas, “apakah warungnya saja yang dilakukan pembongkaran”. Dan para petugas menjawab akan menghanguskan semuanya, namun nyatanya ucapan itu hanya ‘cuap-cuap’ saja.
“Mana tindakan mereka itu, kenapa pergi begitu saja. Gak punya hati. Gak punya hati. Gak punya hati,” sebutnya lirih.
“Berapalah rokok pak, cuma seribu peraknya rokok pak. Selama ini, disini kami tidur di sini kami makan sama suami dan anak-anak”.
Atas kejadia ini, Sirliyanti Togatorop berharap pemerintah memberikan perhatian terhadap nasib dan masa depan keluarganya.
“Tolong pak Jokowi, kami menumpang di tanah pemerintah ini, perhatikan kami yang orang susah ini. Jangan dibiarkan dipojokkan pak. Jangan dihina. Hiraukan kami pak Jowoki,” harapnya.
“Kepada Pak Zahir, tolonglah masyarakat Kuala Tanjung ini pak, kami menompang di depan BI pak, bukan kami bilang hak milik kami. bukan permanen warungku ditempat ini pak. hanya sekedar rokok dan aqua saja bapak mengertilah,” Pintanya.
*Ini Tanggapan Sapol PP Batubara
Sementara itu, Kasat Pol PP kabupaten Batubara, Radianyah F Lubis, membantah jika pihaknya melakukan tebang pilih dalam penertiban di sepanjang acces Road Inalum Kuala Tanjung.
Ia beralasan sebenarnya tidak ada niat untuk tebang pilih. Menurutnya dari tahun 2017 kira kira dua hari sebelum 17 agustus, dari Simpang Kuala ujung pihaknya ingin bersihkan semua bangunan liar yang berdiri di sepanjang acces road Inalum.
“Sebelum 2018 kalau gak salah itu ada juga surat waktu itu mungkin ada kunjungan rencana pak Presiden, kita himbau tapi waktu saya diminta pak Ahmad Muhtaz untuk bisa berdialog dengan para pedagang,” ujar Kasatpol PP Radiansyah Lubis seperti dilansir di media jangkau.com, minggu (12/08/2019) malam.
Nah, lanjutnya, soal penertiban kemarin saya tanya ke kabid nya supaya jangan simpang siur. kan ada wartawan kemarin nelpon, nah saya bilang gimana konsdsinya? Apa sudah disurati? Sudah.
Lantaran pada kamis 08 agustus 2018 saat penertiban bangunan liar di daerah Kuala Tanjung yang terindikasi tebang pilih tersebut dipimpin oleh kabid Trantib Satpol PP Batubara, Sapril.
“Artinya kalau kami betul betul tidak senang dengan masyarakat kita Batubara, kita kan maennya refresif tidak demikian,” Ujarnya.
Ia mengklaim setiap anggota yang akan turun ke lapangan tetap selalu wanti-wanti agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.
“Malah saya usaha untuk ikut namun kemarin karena memang saya harus berbagi tugas,” terangnya.
Makanya, hujjahnya, saya bilang kemarin sama kawan kawan tolong tetap sisi kemanusiann yang di dorong.
“Jangan berbiat kasar, ada SOP kita saya bilang. Jadi memang kemarin itu juga, ya laporan kabid lah saya belum lihat. Ada memang ibu ibu bilang “saya minta waktu” akhirnya laporan si kabid dikasih waktu. Saya memang belum lihat langsung,” pungkasnya. *