Zulnas.com, Batubara — Untuk mendongrak pendapatan PAD Batubara dibidang UMKM, Pemerintah Kabupaten Batubara melakukan audiensi dengan Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kulit, Karet dan Plastik (BBSPJIKKP) di Yogyakarta, pada Jumat (24/06/2022).
Kunjungan kerja tersebut dihadiri oleh rombongan dari Pemkab Batubara Wakil Bupati Batubara Oky Iqbal Frima, yang didampingi Sekretaris Daerah H. Sakti Alam Siregar, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Arif Hanafiah, dan disambut baik oleh Kepala BBSPJIKKP Ir. Agus Kuntoro, MTA.
Kunjungan ini merupakan pencarian informasi dan ilmu atau pemahaman tentang study tiru terkait pengelolaan produk UMKM yang berasal dari kulit buaya.
Kabupaten Batubara memiliki salah satu potensi lokal yaitu penangkaran buaya yang berada di Desa Simpang Gambus, Kecamatan Lima Puluh, Pemkab Batubara akan memaksimalkan potensi tersebut menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis lebih tinggi.
Hal ini dalam rangka mendukung program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri, maka Pemkab Batubara berupaya mendorong pengembangan salah satu potensi lokal yaitu pengolahan kulit buaya oleh para pelaku UMKM di Kabupaten Batubara.
Melalui audiensi ini, Pemkab Batubara berharap tidak ada kendala terkait legalitas pengolahan kulit buaya. Kemudian diharapkan masyarakat di wilayah penangkaran buaya Desa Simpang Gambus dapat memiliki UMKM yang mampu mengolah dan memasarkan produk kulit buaya seperti dompet, ikat pinggang, dan lain sebagainya.
Untuk menjadikan masyarakat Batubara sebagai masyarakat industri yang sejahtera, mandiri dan berbudaya, maka Pemkab Batubara melalui Dinas Koperasi dan UKM berkomitmen untuk mendukung pelaku UMKM dan para perajin.
Langkah yang dilakukan Pemerintah Batubara merupakan salah satu upaya agar tumbuhnya Industri pengolahan kulit buaya dari hulu hingga akhir di Batubara, mengingat kulit buaya pada saat ini telah menjadi trend fashion dunia.
Dan serta industri UKM merupakan industri yang paling kuat bertahan baik dalam kondisi pandemi serta ketidak stabilan perekonomian dunia.” pungkasnya. ***Ril