Industri Kelapa Krisis Bahan Baku, Menperin Soroti Ekspor Kelapa Bulat

Avatar photo

- Jurnalis

Kamis, 1 Mei 2025 - 17:05 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Zulnas.com, Jakarta – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menerima keluhan dari Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia (HIPKI) terkait langkanya bahan baku kelapa untuk industri. Keluhan ini disampaikan dalam pertemuan di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (30/4/2025).

Agus menyadari bahwa industri dan petani kelapa memiliki kepentingan yang sama, yaitu meningkatkan kesejahteraan petani dan menjaga agar mereka tidak beralih ke tanaman lain. Namun, menurutnya, belum adanya kebijakan khusus soal tata niaga kelapa menjadi salah satu penyebab utama kelangkaan bahan baku.

“Negara lain seperti Filipina, India, Thailand, dan Sri Lanka sudah melarang ekspor kelapa bulat untuk menjaga industri pengolahannya. Tapi Indonesia belum punya aturan seperti itu,” kata Agus dalam keterangannya, Kamis (1/5/2025).

Baca Juga :  Tingkatkan Cluster Cabai Merah, Bupati Sebut Manfaatkan Rumah Kemasan

Ia menjelaskan, saat ini banyak kelapa dari petani langsung diekspor dalam bentuk kelapa bulat. Padahal, industri pengolahan kelapa dalam negeri sangat membutuhkannya.

Kondisi ini diperparah dengan ketimpangan perlakuan pajak antara eksportir dan industri lokal. Eksportir tidak dikenakan pajak, sementara industri dalam negeri harus membayar pajak saat membeli kelapa dari petani.

Baca : Perpekindo Tolak Moratorium Ekspor Kelapa: “Petani Jangan Jadi Korban Ego Sektoral

Akibatnya, bahan baku untuk industri kelapa menjadi langka. Padahal, kebutuhan konsumsi kelapa dalam negeri, baik untuk rumah tangga maupun usaha kecil dan menengah, mencapai 2 miliar butir per tahun. Kelangkaan ini membuat harga kelapa melonjak, dan masyarakat menjadi korban.

Baca Juga :  Jalan Rimbo Hancur, Warga Sulit Angkut Hasil Pertanian

Lebih jauh, Agus mengingatkan bahwa ekspor kelapa bulat bisa mengancam keberlangsungan produk hilir seperti minyak kelapa, nata de coco, arang aktif, dan briket. Produk-produk ini telah menyumbang devisa ekspor hingga US$ 2 miliar pada tahun 2024, dengan 85 persen berasal dari hasil olahan.

Jika krisis bahan baku terus berlanjut, bukan hanya devisa yang terancam, tapi juga sekitar 21 ribu pekerja di sektor industri pengolahan kelapa. (Dan).

Berita Terkait

Pengamat dan DPR Wanti-wanti Risiko Kredit Macet di Balik Ambisi 80.000 KopDes Merah Putih
Perpekindo Tolak Moratorium Ekspor Kelapa: “Petani Jangan Jadi Korban Ego Sektoral”
Revolusi Pertanian di Batubara: RPB Cabai Siap Angkat Kesejahteraan Petani Lokal
Ternyata Manfaat Limbah Kopi Sangat Dahsyat, Apa Itu?
Bantu Pengusaha, Bank Sumut Lima Puluh Promosikan Produk KMSS
Kenaikan Harga Beras, Jangan Sampai Menyulitkan Petani Dapatkan Pupuk
PD Pasar Medan Siap Tampung Cabai Batubara 10 Ton Seminggu
Harga Cabai di Batubara Anjlok, Kadis Pertanian ‘Salahkan Pasar’
Berita ini 23 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 2 Juni 2025 - 00:38 WIB

Pengamat dan DPR Wanti-wanti Risiko Kredit Macet di Balik Ambisi 80.000 KopDes Merah Putih

Kamis, 1 Mei 2025 - 17:05 WIB

Industri Kelapa Krisis Bahan Baku, Menperin Soroti Ekspor Kelapa Bulat

Kamis, 1 Mei 2025 - 12:07 WIB

Perpekindo Tolak Moratorium Ekspor Kelapa: “Petani Jangan Jadi Korban Ego Sektoral”

Sabtu, 21 Desember 2024 - 15:29 WIB

Revolusi Pertanian di Batubara: RPB Cabai Siap Angkat Kesejahteraan Petani Lokal

Kamis, 16 Mei 2024 - 20:45 WIB

Ternyata Manfaat Limbah Kopi Sangat Dahsyat, Apa Itu?

Berita Terbaru

BATUBARA

Terkait Kasus Dana BTT, Eks Kadinkes Ditahan Kajari Batubara

Jumat, 18 Jul 2025 - 02:25 WIB

BATUBARA

Kepala BNN Batubara Arnis Mengaku Ogah Digoda

Kamis, 17 Jul 2025 - 12:44 WIB