MedanBisnis-Batubara ∼ Angin kencang, puluhan nelayan tak beroperasi melaut ternyata memiliki dampak, salah satunya terhadap omzet penjualan es balok di wilayah Kabupaten Batubara. Bahkan, omzet penjualan es balok merosot hingga mencapai 50 persen.
“Belakangan ini permintaan es balok menurun drastis. Tidak hanya disebabkan oleh nelayan yang tidak melaut, tetapi juga larangan terhadap beroperasinya pukat trawl yang ditetapkan oleh pemerintah. Saailt ini, Sudah sekitar 50 % penjualan menurun,” ungkap Nazri salah seorang pengusaha es balok, di areal gudang Pangkalan Jaya, Desa Mesjid Lama, Kecamatan Talawi, Jumat (4/1).
Ia mengaku, sebelum adanya larangan beroperasinya pukat trawl oleh pemerintah, dalam satu hari penjualan bisa mencapai 400-500 batang es balok khusus untuk wilayah sekitar Kecamatan Talawi dan Kecamatan Tanjung Tiram. Tetapi kini akibat larangan itu, penjualan es balok hanya 200-250 batang.
Dikatakannya, memang menurunnya permintaan es balok tidak hanya disebabkan dari larangan beroperasi pukat trawk saja, tetapi juga disebabkan dari faktor cuaca sehingga nelayan tidak melaut.
“Kalau dulu waktu ada pukat trawl perjualan bisa 400-500 batang. Sekarang hanya bisa 200-250 batang. Apa lagi kalau seperti ini, nelayan tidak melaut akibat cuaca, penjualan makin merosot. Hari ini aja baru 80 batang terjual,” katanya.
Sementara Ulan salah seorang pengepul ikan di Kecamatan Talawi menuturkan, sudah sekitar 2 pekan nelayan di Kecamatan Talawi dan Kecamatan Tanjung Tiram tidak melaut akibat cuaca. Hal itu jelas berdampak dengan tidak adanya hasil tangkapan dari laut dan berdampak juga dengan tidak adanya permintaan es balok sebagai bahan pendingin ikan.
“Sudah setengah bulan tidak ada ikan. Nelayan tidak melaut karena cuaca. Karena gak ada ikan, ya kami gak pesan es balok. Kalau sudah ada ikan baru kami pesan es balok untuk pendingin ikan,” ujarnya. (Zn)