Usia 30: Titik Balik Pria Menuju Kedewasaan dan Tanggung Jawab Hidup

- Jurnalis

Kamis, 6 November 2025 - 19:12 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Zulnas.com, Jakarta — Memasuki usia 30 tahun sering kali menjadi momen penting bagi banyak pria. Di fase ini, kehidupan bukan lagi tentang pencarian jati diri, melainkan tentang bagaimana menata arah, menanggung tanggung jawab, dan membangun masa depan yang stabil.

Menurut Midson Short, pria di usia 30-an tengah berada di masa transisi dari fase eksplorasi menuju stabilitas hidup. “Di usia ini, seseorang tidak lagi hanya mencari jati diri, tapi mulai berfokus pada pekerjaan, keuangan, dan arah hidupnya,” ujarnya.

Namun kenyataannya, tidak semua pria menyadari perubahan besar tersebut. Sebagian masih terjebak dalam pola pikir masa muda—merasa waktu masih panjang dan kesenangan pribadi adalah segalanya. Padahal, sebagaimana diingatkan banyak ahli psikologi perkembangan, usia 30-an adalah masa krusial dalam pembentukan karakter dan arah hidup seseorang.

Menyadari Nilai Waktu dan Prioritas

Mengutip The Good Life Journey, usia 30-an merupakan periode ketika seseorang mulai benar-benar memahami bahwa waktu adalah aset paling berharga dalam hidup.

Mereka yang masih sibuk dengan hal-hal tidak produktif lambat laun akan menyadari bahwa setiap menit yang terbuang tidak akan kembali.
Ketika teman sebaya mulai membangun bisnis, memperkuat karier, atau menjaga kesehatan, mereka yang masih terjebak dalam lingkaran kesenangan tanpa arah akan tertinggal jauh.

Belajar Tanggung Jawab Pribadi

Pada tahap ini, seorang pria juga perlu menyadari bahwa tidak ada seorang pun yang berutang sesuatu kepada dirinya—bukan keluarga, bukan masyarakat, bahkan bukan pasangan.

Menurut The Good Life Journey, pria sejati adalah mereka yang memiliki kesadaran dan kontrol diri. “Pria yang gagal membangun dirinya sendiri akan bergantung pada belas kasihan orang lain,” tulis laporan itu. Sebagaimana pepatah lama mengatakan: pengemis tidak bisa memilih.

Baca Juga :  Kisruh Gaji Guru Honor Mencuat, Guru dan Kepsek Saling Jawab

Keterampilan Lebih Penting dari Penampilan

Banyak pria masih terjebak pada paradigma bahwa penampilan menentukan segalanya. Padahal, menurut Midson Short, di usia 30-an penampilan mulai kehilangan pengaruhnya dibandingkan nilai dan kemampuan.

Dunia modern menghargai keterampilan nyata, kemampuan menjual, membangun, memimpin, dan beradaptasi.

Penulis The Subtle Art of Not Giving a Fck, Mark Manson, menegaskan bahwa di usia 30-an seseorang harus sudah belajar bahwa keterampilan dan pengalaman jauh lebih berharga daripada sekadar gelar atau status sosial.

Cinta Bukan Satu-Satunya Alasan untuk Berjuang

Banyak pria menjadikan cinta sebagai motivasi utama hidup. Padahal, menurut Midson Short, stabilitas finansial dan kejelasan arah hidup adalah fondasi penting dalam hubungan yang sehat.

Tak heran jika banyak nasihat motivasi menyarankan agar pria membangun pondasi hidupnya terlebih dahulu sebelum mengejar cinta. Karena tanpa dasar yang kuat, cinta justru bisa menjadi sumber tekanan baru.

Menjadi Dewasa Secara Emosional

Pandangan lama bahwa pria tidak boleh menunjukkan emosi kini mulai ditinggalkan.

Menurut Integrated Care Clinic, justru di usia 30-an pria perlu lebih terbuka terhadap perasaan dan kesehatannya sendiri.

Meminta bantuan bukan tanda kelemahan. Dengan meningkatnya tekanan hidup—mulai dari pekerjaan hingga tanggung jawab keluarga—kemampuan mengelola emosi menjadi kunci keseimbangan.

“Dunia memang keras, tapi kebijaksanaan selalu lebih kuat daripada kekerasan,” tulis klinik itu dalam laporannya.

Lingkungan Sosial yang Mendorong Pertumbuhan

Masih dari The Good Life Journey, teman sejati di usia 30-an bukan lagi mereka yang hanya datang untuk bersenang-senang, melainkan yang mendorong pertumbuhan dan perubahan positif.

Baca Juga :  KPK Tangkap IA Terkait Proyek Infrastruktur di Propinsi Aceh

Lingkaran sosial yang sehat akan menjadi cermin arah hidup seseorang. Di usia ini, penting untuk meninjau kembali hubungan—apakah mereka menumbuhkan, atau justru menahan langkah.

Dunia Kerja: Gelar Membuka Pintu, Keterampilan Membuat Bertahan

Dalam dunia kerja modern, pergeseran nilai semakin nyata. Gelar bisa membuka pintu, tapi keterampilanlah yang membuat seseorang bertahan di dalam ruangan tersebut.

Era digital membuktikan bahwa kemampuan memecahkan masalah dan beradaptasi jauh lebih bernilai daripada selembar ijazah. Seperti kata Mark Manson, “Di usia 30-an, kamu harus menjadi senjata, bukan korban.”

Antara Logika dan Empati

Meski banyak pandangan keras tentang menjadi pria sejati, tidak semuanya bisa diterima tanpa konteks. Integrated Care Clinic menegaskan, keseimbangan antara logika dan empati adalah bentuk kedewasaan sejati.

Pria yang matang bukan berarti kaku terhadap perasaan, tetapi tahu kapan harus tegas dan kapan harus mendengarkan.

Kesimpulan: Saatnya Menguasai Hidup, Bukan Dikuasai Hidup

Memasuki usia 30 bukanlah akhir dari kebebasan, melainkan awal dari kedewasaan sejati.

Ini adalah masa ketika pria harus berhenti menyalahkan keadaan dan mulai memimpin hidupnya sendiri.

Dunia tidak menunggu, dan waktu tidak bisa diputar kembali. Seperti kata Mark Manson, “Kamu tidak perlu tahu semua jawaban, tapi kamu harus tahu ke mana hidupmu sedang berjalan.”

Bagi para pria yang kini menginjak kepala tiga, inilah saatnya berhenti bermain-main dan mulai menguasai hidup sepenuhnya, sebelum hidup yang justru menguasai kamu. (Ceha).

Berita Terkait

KH. Ma’ruf Amin Resmi Jadi Ketua Dewan Penasehat SMSI: Tegaskan Media Siber Harus Jadi Penjaga Moral Bangsa
SMSI Gelar Dialog Nasional “Media Baru vs UU ITE”: Literasi Digital Jadi Kunci Kebebasan dan Tanggung Jawab di Era Siber
Kisah Dramatis Ayub Ramadhansyah: Warga Batubara yang Selamat dari Jerat TPPO di Kamboja, Nyaris Dijual 50 Ribu Dolar
Pulang dari Kamboja, Ayub Ungkap Kisah Mengerikan: Disiksa, Diancam Ambil Ginjal, Hingga Lari Kehutan
Polres Batubara Klarifikasi: Tidak Menolak Laporan, Orang Tua Korban Sudah Dikoordinasikan ke BP2MI
Pemkab Batubara Koordinasi Intensif Lacak Keberadaan Warga Diduga Jadi Korban Perdagangan Manusia di Kamboja
Warga Batubara Diduga Jadi Korban Perdagangan Manusia di Kamboja, Laporan Ditolak, Orang Tua Nangis
Menjemput Harapan di Tanah Sendiri: Saat Daerah Bertransformasi Menjadi Kawasan Industri
Berita ini 25 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 6 November 2025 - 19:12 WIB

Usia 30: Titik Balik Pria Menuju Kedewasaan dan Tanggung Jawab Hidup

Selasa, 4 November 2025 - 15:29 WIB

KH. Ma’ruf Amin Resmi Jadi Ketua Dewan Penasehat SMSI: Tegaskan Media Siber Harus Jadi Penjaga Moral Bangsa

Rabu, 29 Oktober 2025 - 12:21 WIB

SMSI Gelar Dialog Nasional “Media Baru vs UU ITE”: Literasi Digital Jadi Kunci Kebebasan dan Tanggung Jawab di Era Siber

Jumat, 17 Oktober 2025 - 10:01 WIB

Kisah Dramatis Ayub Ramadhansyah: Warga Batubara yang Selamat dari Jerat TPPO di Kamboja, Nyaris Dijual 50 Ribu Dolar

Kamis, 16 Oktober 2025 - 22:58 WIB

Pulang dari Kamboja, Ayub Ungkap Kisah Mengerikan: Disiksa, Diancam Ambil Ginjal, Hingga Lari Kehutan

Berita Terbaru

LABUHANBATU

Tips Menjalani Perjalanan Jarak Jauh agar Aman dan Menyenangkan

Selasa, 11 Nov 2025 - 20:20 WIB

Asahan

Semangat Kepahlawanan Jadi Inspirasi Pengabdian ASN Asahan

Selasa, 11 Nov 2025 - 15:27 WIB