Zulnas.com, — Tahukah anda nama Freddy Budiman? Salah satu gembong terbesar terkait bisnis peredaran narkoba di Indonesia. Setelah sang bandit itu tiada, lantas bagaimana kini kehidupan keluarga yang ditinggalkan almarhum?
Berikut ulasannya diambil dari salah satu media nasional detikHOT.
Sejak tadi, kita sudah dijelaskan tentang bagaimana kisah cinta dan romantisme terhadap keluarga, dari bos kartel narkoba Freddy Budiman. Untuk melengkapi cerita, kurang afdol rasanya jika tidak turut menyertakan cerita soal harta.
Dengan penuh rasa hormat, detikHOT menanyakan kepada anak laki-laki tertuanya, Fikri Budiman. Di awal, detikHOT juga menjelaskan bahwa dia dapat menolak menjawab jika memang tidak berkenan. Namun, menurutnya, sepenggal cerita seru, sekaligus mengingat masa-masa baik kala itu, tidak ada salahnya.
Di masa kecil dan masa remajanya, Fikri Budiman menyadari bahwa dia seorang yang lebih dari sekadar berkecukupan. Dimulai dari tempat tinggalnya, yang meskipun berpindah-pindah, semua rumah yang ditinggali adalah rumah mewah, sebut saja salah satunya di Kawasan Golf Pondok Indah dan Pantai Mutiara, lengkap dengan dua kapal.
Adik sambungnya, Akbar, yang kebetulan sedang berlibur ke Bandung dari Bangka Belitung juga mengiyakan kehidupannya yang sejahtera saat itu. Semua mainan yang diinginkan dapat dibeli, sampai motor trail.
“Gue akhirnya ngerasa gue tajir (re: kaya) mampus nih waktu SMP. Sekolah gue itu dulu di daerah Pondok Indah, memang yang sekolah juga tajir-tajir. Tapi sadar ketika ada ada masanya keluarga gue itu dihormati banget sama pihak sekolah dibanding yang lain. Gimana nggak, guru-guru gue berangkatin umroh satu-satu.”
“Ada cerita suatu sore gitu, gue lagi main bola di sekolah, tiba-tiba datang truk tronton. Bukan truk biasa ya, tronton panjang gitu. Terus supirnya teriak, “boss!” Gue pikir, ngapain gue dijemput pakai truk. Malu-maluin juga. Ternyata lagi antar sembako, beras sekian ton, mie instan ratusan dus, minyak ratusan liter. Nurunin barangnya aja sampai 4 jam.”
“Terus ada momen juga di mana gue bayarin hotel satu angkatan SMP di Bali. Dan itu saksinya banyak, gue bisa panggil satu angkatan gue dan mereka akan relate. Karena kita dulu mau perpisahan, berhubungan ternyata bokap dulu punya hotel di Bali, namanya Bali Kuta Resort by Swiss-Belhotel, ya sudah di hotel gue aja gitu. Gue kasih satu kamar berdua, pokoknya mau makan tinggal tanda tangan, nanti semua bill masuk ke gue. Segitunya tuh, ngerasa kaget juga sekaya ini.”
Lantas, ketika sang narcos telah tiada, bagaimana dengan semua harta tersebut. Aset properti, kendaraan, uang tunai dan lainnya?
“Sebelum bokap meninggal, bokap sempet ngomong mengenai aset-aset, mengenai harta-harta. Tapi ada satu hal yang mungkin nggak bisa gue ceritakan juga, yang jelas gue lagi ada di posisi tidak mau mengambil semua itu. Walaupun mungkin secara ahli waris, gue bisa. Atas nama ketenangan keluarga gue, gue memutuskan tidak mengambil itu. Sejauh ini kan orang-orang beranggapan gue masih menikmati uang narkoba bokap gue, itu nyatanya tidak. Dan seluruh keluarga gue tidak ada lagi yang menyentuh aliran uang narkoba bokap,” ungkap Fikri.
“Gue dan keluarga sudah tidak mau tahu dan tidak mencari tahu keberadaannya. Ada beberapa properti yang sudah dijual untuk melepas kenangan buruk. Ada rumah yang di Pantai Mutiara dijadikan kantor oleh BNN (Badan Narkotika Nasional). Sekarang gue survive dengan perjuangan sendiri. Gue enjoy banget dengan hal itu, karena dari awal tidak pernah tergila-gila sama harta. Di hari terakhir, bokap juga pesan untuk jangan pernah tergila-gila sama uang, karena bisa membutakan dan membuat hilang arah. Jadi gue juga nggak mau kecarian mana aset bokap gue,” jelas anak muda 21 tahun itu.
Terkait sama harta, ada satu cerita menarik yang baru saja dialaminya beberapa hari sebelum wawancara berlangsung. Saat itu, Fikri sedang nongkrong dengan teman-temannya, kemudian datang seseorang dari jaringan premanisme terbesar di Indonesia yang memeluknya.
“Dia tiba-tiba datang, nangis, meluk gue. Dia orang yang ditakuti dan dia salah satu bagian premanisme di indonesia lah. Dia cerita kalau papa punya tiga showroom mobil di Bandung atas nama gue dan gue bisa ambil kapan pun. Itu yang udah di depan mata aja nggak gue ambil. Ada lagi, tiba-tiba gue lagi di restoran, ada orang datang, hormat. Dia bilang kalau dia loyalis bokap. Terus ngeluarin uang Rp50 juta ditaruh langsung di atas meja. Gue tolak. Tidak pernah gue menerima sepeserpun dari siapa pun yang membawa nama bokap.”
“Mungkin gue ngerasa, dari umur 12-13 tahun gue udah ngerasa pahit banget sama hidup. Nah gue udah nggak mau lagi. Sekarang kan ada di posisi tenang, gue nggak mau lagi tuh kebayang-bayang hal-hal buruk, takut gue. Karena gue udah di fase mungkin nanti mau nikah, berkeluarga, gue ada goals sendiri. Gue nggak mau terbayang-bayang dan berhubungan lagi dengan oknum-oknum.”
Sebetulnya, Fikri menyebutkan satu angka yang diklaim sebagai jumlah angka terakhir dari keseluruhan aset mendiang ayahnya. Tapi, dia meminta angka tersebut tidak dipublikasi. Jadi, silakan kepada detikers apabila ingin menebaknya, mungkin bisa dikalkulasi dari kiprah Freddy Budiman sejak era 90-an sampai 2013. Kira-kira, berapa angka yang terlintas di kepala kalian?
Sekarang, pemilik nama asli Muhammad Fikri Fernanda Budiman itu hidup dengan biasa saja. Kebetulan, keluarga kakek-neneknya dari sang ayah, sejak dulu termasuk golongan menengah atas berkat usaha kapal tongkang. Fikri menjalankan usaha cake shop, Farel Patisserie Cafe. Bersama dengan teman-temannya dia juga membuka bisnis bernama Plataran Kampung Korea di Bandung, serta aktif sebagai content creator.
Anak dari Freddy Budiman, Fikri Foto: Muhammad Ridho
Tapi detikHOT masih penasaran, apakah memang dia sama sekali tidak pernah tergiur dengan istilah easy money yang lekat dengan bisnis narkotika? “Nggak lah, nggak pernah,” jawabnya sembari tertawa.
Tidak tertarik, bukan artinya tidak pernah ditawarkan. Sejumlah tawaran beberapa tiba-tiba datang untuk melanjutkan bisnis barang haram tersebut.
“Secara garis besar sih gue ngerti, cuman gue tidak tertarik. Bahkan sudah pernah satu orang bos besar, nawarin gue mau atau nggak. Setelah gue tolak, dia langsung hilang gitu aja. How to run a business-nya gue ngerti karena ya gimana lagi, hidup belasan tahun dengan narkoba, keluar-masuk penjara, dengerin bokap ngobrol. Itu nggak ada yang beliau tutupin, oknum-oknum itu juga diomongin di depan gue. Jadi, ya ada beberapa yang gue paham,” ungkapnya.
“Intinya, kalau tiba-tiba gue jalanin itu, mungkin hari ini terakhir kalinya kalian lihat gue,” tutupnya sembari tertawa.
Sumber artikel Fikri Budiman, anak Freddy Budiman Foto: dok detikhot.