Zulnas.com, Batubara — Nama kabupaten Batubara memang belum setenar seperti di Kabupaten Simalungun, Tapanuli Tengah, Samosir, Pulau Nias, dan kabupaten lain yang memiliki destinasi wisata kelas dunia di Sumatera Utara.
Namun siapa sangka Kabupaten Batubara di Provinsi Sumut ini, juga menyimpan banyak potensi wisata, seperti sejarah kerajaan dan sejarah Penjajahan, seni dan kebudayaan lokal yang tak kalah menariknya.
Kabupaten yang beribukota di kecamatan Limapuluh, sekitar 131,6 kilometer dari kota medan, atau sekitar 150 menit perjalanan darat saja untuk sampai di kabupaten kecil ini, punya destinasi wisata alam, baik di darat maupun laut yang menarik.
Untuk destinasi wisata laut, kabupaten Batubara memiliki pantai dan pulau yang eksotik di Tepi Selat Malaka.
Sebut saja misalnya Pulau Salah Nama (namo) alias serpihan surga dari selat malaka, Pulau Pandang, Pantai Jono, Danau Laut Tador, pantai Bungga, Pantai Datuk dan pantai sejarah.
Untuk di darat, destinasi wisatanya ada Istana Niat Lima Laras, Istana Indrapura, Kubah Datuk, Kampung Songket, Meriam Bogak, Simuangsa dan Nanasiam, mesjid Jamik Indrapura dan Mesjid Padang Genting.
Dan peningalan para penjajah yang tak kalah pentingnya adalah Sumur Bor Kolonial belanda dan Bungker jepang yang berpotensi dijadikan sebagai Kampung Belanda dan kampung Jepang di daerah unik itu.
Potensi ini tentunya banyak menyimpan kekuatan ekonomi besar jika diolah dan dikembangkan secara benar oleh masyarakat dan pemerintah setempat.
Dengan pengolahan dan pengembangan yang benar, potensi wisata tadi bisa digunakan untuk mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.
Sudah banyak contohnya bahwa suatu daerah berkembang pesat hanya dengan mengandalkan industri wisatanya.
Sebut saja yang terkini adalah kabupaten Samosir. Dalam sepuluh tahun terakhir, Samosir langsung dikenal luas di luar negeri dan jadi santapan para turis luar negeri, karena destinasi wisatanya yang amat mengagungkan.
Industri wisata di Samosir pun berkembang pesat. Mulai dari pulau, pantai, pegunungan air terjun, pertanian, makanan sampai perkebunan, telah berkembang menjadi kekuatan ekonomi yang mampu memberikan sentuhan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.
Sehingga kabupaten Samosir mampu membentuk Samosir Tourist Information Centre untuk menampug para turis bule.
Kabupaten Batubara Sebenarnya Juga Bisa Berkembang Seperti Samosir!
Lokasinya yang tak jauh dengan pusat Ibu kota Jakarta. Hanya memakan waktu 130 menit perjalanan dari jalur udara ditambah 150 menit perjalanan darat dari Bandara Kuala Namu ke Batubara, turis baik dari Jakarta maupun di Medan sudah bisa sampai di jantung Batubara.
Tetapi, kabupaten Batubara sekarang ini memang masih butuh penanganan program secara terencana, agar bisa menjadi daerah tujuan wisata berkelas dalam tempo yang tidak terlalu lama.
Penanganan secara terencana itu mesti didukung secara sungguh-sungguh oleh kehendak politik dari bupati, birokrasi, masyarakat, infrastruktur, serta pengusaha.
Variabel tadi mesti berjalan simultan dan saling menunjang.
Jika salah satu variabelnya tidak berjalan simultan maka potensi wisatanya sulit dikembangkan sesuai harapan.
Dari variabal kepala dearah misalnya, kabupaten Batubara sudah memiliki Bupati yang potensial, Ir Zahir Map (50 tahun). Dia adalah Bupati yang masih energik, dan bervisi maju dan up to date dengan perkembagan zaman.
Dalam agenda visi misinya, Dia juga punya hasrat besar untuk menjadikan daerahnya berkembang dengan kebijakan yang menitikberatkan pada industri wisatanya.
Dia cerdik dalam melihat kemolekan daerahnya untuk dikembangkan agar mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat setempat.
Lihatlah upayanya bersama Tim Bupati Untuk Percepatan Pembangunan (TBUPP) dalam menjaring berbagai investor luar di Jakarta agar mau datang dan menanamkan modalnya di Batubara dengan berbagai MoU.
Salah satu terobosan baru dalam penyusunan RPJMD yang dapat dibedah di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) saat ini, seperti yang diutarakan Sekda Batubara, Sakti Alam Siregar, pada sabtu (3/8) mengatakan bahwa pihaknya dalam rancangan visi dan misi Bupati kedepan akan membangun Museum besar di Batubara.
Selain Museum, Bupati Batubara juga akan membangun Kampung Belanda. Dan yang tak kalah menariknya adalah membangun kampung Jepang serta penataan perkotaan seperti Singapura yang akan di bangun di pusat kota Tanjung Tiram. Dan yang tak kalah ketinggalannya adalah pengembangan Pulau Salah Namo dan pulau Pandang.
“Memang Selain merencanakan pembangunan wisata bisnis ini, Pak Zahir (bupati) juga gemar membuat diskusi-diskusi tajam tentang pengembangan wisata di daerah (vital industri nasional itu)” pungkas sekda, seperti dilaporkan kru Kontra.Id. saat dibubungi kantor redaksi pada sabtu, 3 Agustus 2019, dini hari tadi.
Langkah pak Zahir tadi, lanjut Sekda, “menunjukkan bahwa dia adalah bupati yang sebenarnya punya visi, kehendak, serta terobosan maju yang jarang dimiliki oleh kepala daerah lainnya, yang baru hanya menjabat 3 bulan saja, mampu memberikan motivasi kepada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dalam meraih predikat WTP dari BPK pertama kalinya dalam sejarah terbentuknya kabupaten tersebut” cetusnya.
Seperti pengakuan Pengelola salah satu wisata di pantai itu.
“Pak (Bupati) Zahir memang punya visi yang bagus dalam membangun industri wisata di kampung saya, apalagi dalam programnya kita dengar akan mengundang para turis dalam festival seni Budaya untuk mengenalkan tempat wisata kita dengan berbagai investor luar” ujar salah seorang pengelola wisata Pantai Alam Datuk, Muhammad Afandi.
Hanya saja, kembali seperti yang dikatakan Sekda Batubara, Sakti Alam Siregar, semua rancangan itu tinggal bagaimana visi dan hasrat Bupati Batubara ini cepat disambut oleh birokrasinya, terutama di Masing-masing OPD.
“Semua itu tergantung dengan kecepatan OPD terkait, boleh jadi target strategis ini bisa berjalan mulus paling lambat ditargetkan ditahun 2020 jika tidak ada kendala” pungkasnya.
“Makanya pak Zahir (Bupati) belakangan ini lebih banyak memacu birokrasinya agar lebih cepat dan berkonsentrasi menggerakan budaya dan seni lokal agar bisa memberikamn efek kepada investor dan turis-turis untuk datang ke Batubara.
“Yang penting semua rancangan itu sudah kita masukan ke RPJMD, ini hanya tinggal beberapa detailnya saja, tapi rumusan final nya belum, dan semua kecepatan itu tergantung dengan kecepatan masing masing OPD”
“Teknisnya misalnya, kita (pemerintah Batubara) kedepan akan rutin menggelar festival seni dan budaya lokal berunsur aneka etnis seperti tari-tarian, pertunjukan seni busana, maupun festival makanan, yang bisa menyedot aktivitas manusia lah”
“Kita (Pemerintah lokal) juga dituntut Bupati untuk mencari dan menggelontorkan anggaran guna membangun infrastruktur sebagai penunjang kenyamanan para Investor dan turis” cetusnya.
Misal seperti pembangunan Jalan, jembatan, kebersihan, dan keindahan kota seperti di Tanjung Tiram, mesti mendapat perhatian dan prioritas besar agar daerah itu memiliki fasilitas memadai baik bagi investor maupun turis sebagai pusat kota satelit daerah pantai yang nantinya akan dibagun seperti singapura.
“Kota satelit daerah pantai, artinya ini kan kota yang cantik, indah, berish menarik dan eksotislah, karna tanjung tiram itu kan mau kita jadikan sebagai kotanya parawisata juga, yang juga berhadapan langsung ke Selat Malaka, makanya mulai saat ini kita rutin melakukan pembenahan yang kumuh-kumuh itu seperti kaki lima dan rumah di atas dataran air sungai (DAS) agar bisa kembali ditata dengan baik” sebutnya.
Selain rencana itu, kata dia, variabel masyarakat juga tak kalah penting untuk menjadikan Batubara sebagai pusat destinasi wisata masa depan, termasuk juga masyarakat Tanjung Tiram.
“Masyarakat Tanjung Tiram yang saat ini berada diperkumuhan atau diatas daratan air sungai (DAS), kita sudah suruh mereka agar pindah, ga mau mereka, padahal kita sudah siapkan mereka rumah susun, tetap ga mau juga mereka”
“Karna Kondisi perubahan fisikologis masyarakat yang seperti ini lah yang sedang kita hadapi sekarang, kedepan kita harapkan masyarakat setempat, terutama masyarakat Tanjung Tiram mesti diedukasi juga dengan memiliki keterbukaan dan toleransi tinggi dalam menerima kehadiran pembangunan kota satelit yang akan kita bangun di Tanjung Tiram itu”
“Termasuk juga dengan kemajuan jaman saat ini, karena sedikit banyaknya kondisi ini kan setidak-tidaknya akan menimbulkan perbedaan dengan kearifan lokal”.
Sekda menambahkan, bahwa sikap terbuka dan toleransi amatlah penting mengingat industri wisata hanya bisa berkembang bila di situ muncul suasana hangat, bersahabat, nyaman, dan jauh dari konflik fisik maupun psikis.
“Baik pemerintah, Investor, traveller, backpacker ataupun wisatawan maupun para Turis bule, pasti amat sensitif manakala masyarakatnya tidak terbuka, apalagi sampai menganggap kita sebagai obyek penderita mereka”.
“Ya itu tadi, Ketika potensi alam, birokrasi, kepala daerah, dan masyarakat tadi sudah terbangun secara baik dan cepat, pengusaha selaku pemilik modal kan pasti akan berbondong-bondong datang menanamkan kapital mereka di Batubara, kan mana mungkin juga dengan keterbatasan APBD yang kita miliki saat ini bisa mengelola Pulau Salah namo dan Pula Pandang tanpa dipicu oleh pemodal atau investor luar” tambahnya.
Setelah variabel tadi sudah berjalan simultan, lanjut Sekda, Bupati hanya tinggal merawatnya saja melalui branding di media. Komunikasi menggunakan media nasional dan internasional, akan mempercepat pematangannya.
“Ketika para turis, wisatawan maupun backpacker dari luar negeri, khususnya yang berwajah bule telah mengalir datang ke Batubara, maka saat itulah pekerjaan Bupati dalam memoles daerahnya sebagai tujuan wisata dan pusat industri dunia sudah bisa disebut paripurna” pungkasnya. ***