Zulnas.com, Batubara — Pendangkalan muara Kuala Tanjung Tiram tidak hanya membawa kesulitan bagi nelayan, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru bagi pencari kepah di sekitar Pantai Pasir yang Tinggi.
Kawasan yang dangkal akibat sedimentasi kini menjadi habitat subur bagi kepah, sehingga menarik perhatian warga sekitar.
Rohani (38), seorang ibu rumah tangga yang kini mencari kepah di area muara, mengaku pendangkalan ini memberinya penghasilan tambahan.
“Ini lagi musim kepah, setiap hari saya bisa mendapatkan 5–7 kilogram kepah. Hasilnya dijual di pasar atau ke pengepul dengan harga sekitar Rp 15.000 per kilogram,” ungkapnya, 2 Januari saat mencari kepah di pantai tinggi muara Tanjung Tiram.
Baca : Pendangkalan Muara Kuala Tanjung Tiram Batubara Menyulitkan Aktivitas Nelayan
Aktivitas pencarian kepah ini telah menjadi sumber pendapatan alternatif bagi banyak warga yang dekat dengan pesisir pantai, terutama perempuan dan anak-anak yang sebelumnya hanya bergantung pada pekerjaan suami sebagai nelayan. Namun, kondisi ini tidak sepenuhnya dianggap positif oleh nelayan.
“Betul, mereka mendapatkan rezeki dari kepah, tapi kami tetap sulit keluar masuk muara. Pencari kepah tidak bisa menggantikan hasil tangkapan laut kami yang jauh lebih besar,” kata Syahrul, seorang nelayan setempat.
Ahmad Fauzi bowo pengamat lingkungan pesisir lokal, menjelaskan bahwa pendangkalan di sekitar muara menciptakan ekosistem yang ideal untuk biota seperti kepah. Namun, ia juga mengingatkan bahwa eksploitasi berlebihan tanpa regulasi dapat merusak keseimbangan lingkungan.
Pemerintah Kabupaten Batubara diharapkan segera bertindak untuk mengatasi pendangkalan, sambil tetap memanfaatkan peluang ekonomi yang ada.
Baca : Malam Tahun Baru di Pulau Pandan: Simfoni Laut, Bintang, dan Harapan
“Kami akan mencari cara agar muara tetap bisa berfungsi optimal untuk nelayan, tetapi juga mempertahankan potensi sumber daya seperti kepah di area pantai,” ujar teman-temannya.
Pendangkalan muara Kuala Tanjung Tiram kini menjadi fenomena yang kompleks. Di satu sisi, menyulitkan nelayan, tetapi di sisi lain, membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat pesisir. Diperlukan kebijakan terpadu untuk menyeimbangkan kebutuhan ekonomi dan ekologi di kawasan ini. (Dan).