zulnas.com, Batubara —Keinginan yang kuat dengan niat sejak kecil ingin mengelilingi Indonesia membuat Junaedi Arief (50) sampai ke Batubara, selasa (02/07/2019) pagi hari.
Pria kelahiran Jambi tahun 1969 itu sudah berjalan kaki selama dua tahun lebih di Indonesia. Mulai dari Sabang hingga maroeke ia membutuhkan waktu tempuh dua tahun enam bulan baru samapai dirumahnya Taman Bukit Makmur Sumedang Jawa Barat.
Mulai dari 3 Januari 2017 ia sudah memulai perjalanan. Pahit manis yang ia rasakan selama berjalanan mewarnai lika liku hidupnya, mulai dari daerah primitif seperti papua dan Kalimantan hingga daerah kota metro politan.
Junaedi menceritakan, niat untuk berkeliling Indonesia dan Asia dari kecil selalu ia inginkan. oleh kedua orang tuanya ia tidak mendapat izin bahkan dianggap gila, namun setelah ia besar dan berumah tangga, baru niat itu direstui oleh istri dan anak-anaknya.
“Sudah dari kecil saya inginkan, namun tak dikasih orang tua, setelah menikah dan punya anak tiga, barulah diizinkan oleh anak istri saya”, ujar Junaedi Arief saat tiba dikantor DPRD Batubara ruang Sekretariat Dewan (Setwan) selasa (02/07/2019).

Berbekal baju, kamera handpone dan surat keterangan lainnya dari kementerian terkait, ia terus melanjutkan perjalannya hingga kedesa-desa. Ia-pun tidur di mesjid dan Mushollah sembari beristirahat dengan berbekal makan seadanya.
Selama perjalanan, ia mengaku banyak menghabiskan sandal dan sepatu yang ia pakai selama dalam perjalanan. Semua pakaian sisa dan sandal yang haus-haus dikaki itu, ia kirimkan pulang untuk dijadikan kenang-kenangan selama ia menjalani perjalanan.
“Kalau sandal ini tahan, yang mudah haus itu tapaknya, itulah yang sering saya ganti, tapi kalau sandalnya haus. Dan semua barang kenangan itu saya kirim kerumah sebagai kenangan- kenangan”, sebut Junaedi Arief.
Ia menceritakan, saat tiba di daerah kalimantan ia sempat berpikir tak bakal pulang lagi kekampung. Sebab, begitu sampai di daerah primitif itu, ia langsung disambut dengan panah beracun oleh warga, tapi beruntung tak mengenai tubuhnya.
“Saya pikir waktu itu saya mati, namun setelah saya berdo’a dan saya pahami bahasa tubuh mereka akhirnya saya bisa tinggal tiga minggu disana dan ditemani kepala suku disana”, katanya.
Selama disana, makan dan minum semuanya hasil berburuan. Hingga perut saya tak dapat menahan dan jatuh sakit dilarikan kerumah sakit.
“Makanan disana-kan kebanyakan mentah, dan tidak bisa dikunyah, tetapi ditelan bulat-bulat. Itu membuat lambung saya luka”, terangnya.
Soal perlakukan yang meraka lakukan sehari- hari semuanya seperti adat atau budaya. Mulai sandang hingga pangan, dan semuanya diatur dan diminta menuruti keinginan kepala suku.
“Memang saya sempat janggal selama beberapa hari melihat pakaian yang serba kulit kayu itu, namun berlahan saya terbiasa dengan keadaannya”, sebutnya.
Daerah yang ditempuh dua puluh lima hari untuk sampai dikampung Dayak itu (kalimantan pedalaman) menjadi kenangan indah tersendiri baginya. Sambutan yang baik membuat kisah inah itu sulit terlupakan dalam hidupnya.
“Memang Indonesia ini terdiri dari berbagai suku dan budaya, semuanya punya kisah dan cerita didalamnya”, terang dia.
Sebelum sampai ke Batubara, ia mengatakan telah melewati perjalanan panjang mulai dari Sibolga menuju Kabupaten Nias. Dengan menggunakan kapal ia berangkat tanpa menggunakan ongkos hanya surat keterangan yang ia sampaikan ke SDP dan ia mendapat ongkos gratis.
Setelah Nias, ia melanjutkan ke lintas timur hingga sampai ke parapat, dari parapat ia menuju medan, lubuk Pakam sergai, tebing tinggi hingga sampai kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara.
Di Batubara, Pria tiga anak dan dua cucu itu berencana mau berjumpa dengan Bupati atau Kepala Dinas Pemudan dan Pariwisata Batubara. Ia akan bermalam di Desa Perupuk malam ini, sembari menunggu besok datang kekantor Dinas Pariwisata setempat.
“Rencananya saya kan mau jumpa Kadis Pemuda Olahraga dan Pariwisata besok, jadi kemungkinan saya akan menginap di mesjid yang tak jauh dari kantor dimaksud”, Ujar Junaedi saat disambangi zulnas.com di Lima Puluh.
Diakhir ceritanya, ia menginginkan setelah mengelilingi Indonesia, ia akan membuat buku dengan judul “melihat Indonesia dari kacamata budaya dan Pariwisata” Terangnya.
Menanggapi kisah yang ia sampaikan, Setwan Batubara H Zainuddin menyambut baik kedatangan petualang Indonesia itu. Ia pun ditawari makan dan minum oleh Dewan Ismar Komri dari Partai Golkar Batubara.
Berbagi cerita pun terjadi, hingga warga Batubara itu, takjub mendengar kisah yang Junaedi sampaikan. Diakhir cerita, dengan makan bersama. ****Zulnas