Zulnas.com, Batubara –Pulau Salah nama adalah sebuah pulau kecil di Selat Malaka, pulau tersebut berada dilepas pantai timur Sumatra, sekitar 40 km dari Tanjung Balai dan 10 km dari selatan Pulau Pandang. Pulau ini masuk dalam wilayah Indonesia, tepatnya wilayah Administratif Kabupaten Batubara.
Berdasarkan catatan Wikipedia, Pulau salah nama tersebut memiliki panjang sekitar 500 m dan lebar 250 m. Dari jarak tempuh pelabuhan Tanjung Tiram, jauh pulau itu diperkirakan sekitar 12 Mil dari bibir pantai Kuala Batubara.
Awal Mula Nama Pulau Salah Nama
Berdasarkan cerita rakyat yang dipercaya masyarakat setempat, Awalnya, nama pulau ini sama dengan nama organ intim kaum perempuan, sehingga kalau ada orang yang bertanya tentang nama pulau tersebut pada kaum perempuan, mereka akan menjawabnya dengan Pulau “Salah Namo” atau Pulau Salah Nama. Akhirnya, pulau itupun lebih dikenal dengan nama Pulau Salah Namo.
Pernyataan tersebut kini bertebaran dari mulut- kemulut. Alasannya, sejauh mata memandang bentuk pulau itu dari jarak kejauhan bak merupakan bentuk ‘organ intim’ kaum wanita. Maaf ya.
Kini, Pulau itu, memiliki keunikan tersendiri yakni banyaknya bebatuan berwarna merah yang mengelilingi kawasan pulau. Hamparan pasir putih dan rindang pepohonan menjadi daya tarik yang luar biasa dari Pulau Salah Namo, begitu juga dengan alam bawah lautnya yang dihiasi terumbu karang.
Tidak heran, jika Kemudian Kabupaten Batubara menjadikan pulau ini sebagai salah satu ikon pariwisata serta dilengkapi dengan berbagai fasilitas termasuk membangun penginapan di kawasan pulau dan gencar mempromosikannya.
Pada masa Bupati Batubara OK Arya Zulkarnain, pulau tersebut sempat ditata indah dengan menggunakan dana APBD Propinsi Sumatera Utara. Berbagi pasilitas dibangun guna untuk menjadikan kawasan pulau itu menjadi tempat objek wisata hingga dikunjungi dari berbagai manca negara.
Setelah OK Arya Lengser dari kepemimpinan Kabupaten Batubara, pulau tersebut kini tidak dipugar lagi, sehingga berbagai pasilitas seperti dermaga dan keramba Jaring Apung mulai hilang dicuri hingga kini kondisinya rusak dan sejumlah bangunan terbengkalai.
Legenda Pulau Salah Nama di Batubara
Legenda ini dikutip dari Sejarawan Batubara Bapak Effendi Tanjung. Menurut catatannya, kisah itu bermula musim paceklik (sulit) melanda tanah batak berkepanjangan. Masyarakat eksodus mengikuti aliran Danau Toba.
Di persimpangan tepatnya di daerah londut Aek kanopan sebagian ke timur menuju Kualuh Ledong, sebagian lagi lurus menuju Tanjung Balai Asahan Sumut.
Saat itu, katanya, Sultan Asahan mendengar kedatangan kaum Batak disambutnya dengan gembira. Persyaratan menanggalkan marga, berganti nama dan dimelayukan (sunat rasul) yang ditentukan sultan dipatuhi mereka.
Rombongan demi rombongan yang memasuki wilayah Asahan diperlakukan sama oleh Sultan dan dipatuhi kaum pendatang. Bak kata pepatah, “Bukan kapak sembarang kapak. Kapak dibuat pembelah kayu, Bukan Batak sembarang Batak, Batak ini Batak Melayu”.
Menurt ceritanya, Ujung kemaluan yang dipotong dikumpul dan diarungkan ke tengah laut. Proses pengarungan inilah tak diketahui dengan pasti. Seluruh pupil yang dihanyutkan ke tengah laut tersangkut di sebuah pulau yang tidak terlalu jauh dari kesultanan Asahan.
Nelayan yang kerap melihat “benda” itu tersangkut di pulau selalu menyebut nama benda itu dalam cerita di darat.
Oleh para tetua laut terutama para pawang melarang nama pulau itu disebut dengan nama yang tersangkut tadi. Dari sejak itu disebutlah nama pulau itu pulau salah nama.
Misteri Makhluk Astral di Pulau Salah Nama
Konon katanya, di pulau yang tak berpenghuni ini berdiam sesosok makhluk astral. Sosok tersebut berwujud seorang nenek dan cucunya.
Para nelayan yang singgah di pulau ini disebutkan kerap bertemu dengan makhluk tersebut, tapi dalam bentuk bayangan yang berkelebat dan suara anak kecil yang sedang bermain.
Dtm sahbuddin yang mendampingi para pekerja menambah fasilitas objek wisata di pulau itu menceritakan hal aneh yang terjadi kepada Zulnas.com.
Ada pekerja dari kisaran yang takabur tiba tiba muntah darah di pulau. Ada istri penjaga pulau yang kesurupan, mengeluarkan suara seperti nenek nenek.
Ada yang dipindahkan tidurnya dari kamar ke halaman. Ada juga mahasiswa yang berkunjung tak bisa pulang karena tiba tiba angin kencang dan gelombang laut tinggi, setelah mereka lakukan tindakan amoral di pulau itu.
Sementara pengalaman dtm sahbudin selalu saja suara orang sedang mandi terdengar, setelah didatanginya tak ada orang yang sedang mandi, tetapi lantai basah dan air bak berkucak.
Suara anak kecil yang sedang bermain di kamar sebelah, setelah didatatanginya suara itu hilang dan tak ada mainan apapun di kamar itu.
Bayangan hitam yang melintas dari arah kamar mandi menuju belakang balai kesehatan pulau sering dialaminya. Kadang pagi, siang, senja dan malam hari.
Bahkan suara perempuan yang bicara dengan cucunya kerap terdengar. Tetapi karena sudah biasa rasa takut sedikit demi sedikit menghilang. Ujarnya.
Bakhtiar Sinaga 40, teman dtm Sahbudin ke pulau juga selalu mengalami hal hal aneh di pulau itu. Karena sudah tahu beliau tidak terkejut lagi. “Tabik Datuk cucu nenek kerja di sini” itu kata kata yang selalu disampaikan beliau jika bulu romanya sedang merinding di pulau itu.
Menurut warga, sampai hari ini, nenek- nenek penjaga pulau nama tersebut masih menyimpan misteri yang belum bisa terpecahkan.
Pulau Salah Nama Banyak Terdapat Ikan Lumba-lumba
Menurut pengakuan sejumlah nelayan di Kabupaten Batubara, bahwa pulau salah nama selain banyak menyimpan cerita mitos juga sering terdapat ikan lumba-lumba yang suka membantu para nelayan.
Kawanan Ikan-ikan tersebut sering terlihat nelayan di halaman pulau salah nama. Bahkan terkadang, bagi sejumlah nelayan, munculnya ikan lumba-lumba itu kerap menjadi salah satu pedoman banyaknya ikan gembung yang menghampiri ikan lumba-lumba tersebut.
“Biasanya bang, jika ikan lumba-lumba itu muncul, tangkapan nelayan akan bertambah. Karena, kemunculan ikan lumba-lumba akan membawa ikan lainnya seperti ikan gembung sebagai sasaran tangkap bagi nelayan seperti kami,” kata Dola kepada zulnas.com dikediaman rumahnya, Sabtu (12/2/2022).
Dola menceritakan, peristiwa yang menguntungkan itu selalu dialami oleh nelayan berskala kecil. Kawanan ikan seolah memberi isyarat akan ada tangkapan nelayan yang banyak.
Ikan lumba-lumba itu, kata Dola tidak menggangu para nelayan, namun karena ikan itu juga memakan ikan, sehingga dia kerap menghampiri alat tangkap nelayan untuk memakan ikan.
“Kadang-kadang ikan itu nyangkut jejaring bang, tapi biasanya kami lepaskan kembali,” tuturnya.
Ada Harta Karun di Pulau Salah Nama
Sejumlah para normal banyak bercerita bahwa dibukit pulau salah nama banyak menyimpan benda-benda pusaka. Benda-benda tersebut selalu dikaitkan dengan penghuni pulau yang menjaga benda pusaka didalam pulau tersebut.
“Dulu pernah sejumlah paranormal datang untuk mengangkat benda pusaka berupa keris dan emas, tetapi, pulangnya justro muntah darah,” kata Dola.
Hingga sampai saat ini, disebutkan, belum ada satu para normal yang mampu menandingi keramat pulau Salah Nama. Seiring jalan cerita itu, masih segar diingatan para nelayan didaerah Batubara. ****zulnas