Zulnas.com, Batubara — Pasca peninjauan Budidaya Rumput Laut oleh Bupati Kabupaten Batubara Zahir baru- baru ini di Perairan Kecamatan Medang Deras menjadi PR dan perhatian serius bagi Kepala Dinas Perikanan Batubara Anton Ritonga.
Pasalnya, Sebagai kepala dinas yang membidangi kelautan, Anton Ritonga kini sedang mempelajari berbagai aspek trend perkembangan budidaya rumput laut yang kini mungkin saja bakal menjadi program primadona bagi petani dan Pembudi daya di Batubara.
Pada kamis 4 September 2021, zulnas.com mendapat Sekmen wawancara terkait prospektif Budidaya udang faname dan rumput laut di wilayah pesisir Batubara. bagaimana kajian ekonomi dan tantangan usahanya? Berikut ini petikan wawancaranya;

Bagaimana Mengenal Spesies Udang Faname?
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Batubara Anton Ritonga memaparkan bahwa udang Faname adalah salah satu jenis spesies baru dari hasil perkawinan silang dari jenis udang Hawai.
Udang Faname kemudian menjadi trend baru mulai di tahun 2001 hingga kini, inang dari jenis Faname punya kelebihan jika dibandingkan dari udang tiger. Umumnya Faname lebih tahan dari penyakit dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya, namun kelemahannya, inang ini tidak tahan dengan perubahan suhu dan salinitas yang berfluktuasi tinggi.
Di perairan Batubara, misalnya, kondisi perairan banyak dipengaruhi dengan aktivitas perusahaan yang cendrung berada dikawasan pesisir pantai. Selain itu, pada musim penghujan, pembudidaya udang Faname kebanyakan rata- rata gagal.
Meskipun demikian, pada saat cuaca stabil, para petani hampir bisa dikatakan berhasil, tingkat keberhasilan para petani pada kuartal Desember hingga Juli akan memperoleh keberhasilan hingga 90 persen.
Bagi situasi yang curah hujan yang tinggi, Anton Ritonga menyarankan agar para petani mengurangi padat tebar bibit Faname bagi pembudidaya tradisional. Namun untuk pembudidaya skala intensif, barang kali sudah punya treatment khusus dalam pengelolaan air yang menggunakan Sumur bor.
Diperairan seperti Apa Faneme Hidup?
Udang Faname pada dasarnya sebagai inang yang hidup antara dasar dan permukaan suatu perairan, udang Faname pada mulanya ada setelah proses pernikahan silang yang mulai muncul pada tahun 2001 dan trend hingga saat ini.

Sedangkan pengadaan bibit, sampai sekarang hatchery yang ada di Sumut tidak ada yang mengawinkan, umumnya bibit itu didapatkan dari pembelian telur atau larva baru kemudian ditetaskan. Jadi inang ini bukan sifatnya pernikahan dari induk jantan dan betina.
Didesa Mesjid Lama Kecamatan Talawi, para petani tambak, mengambil bibit larva dari Aceh. Disana para petani tambak sudah tahu mengelola budidaya Faname dari asupan bibit Aceh.
Biasanya, budidaya tampak yang intensif, pengelolaan air sudah bersumber dari air sumur bor, sehingga kondisi air stabil, baru diletakkan di waduk pengendapan, setelah mengikuti proses pengendapan, baru kemudian itu itulah yang digunakan. Umumnya, pembudidaya intensif yang sudah mempunyai sumber air dari sumur bor sudah menggunakan kolam terpal.
Pada kondisi itu, para petani tambak tidak perlu mengganti air kolam, untuk menetralisir kotoran inang, air yang tadi kemudian dihidupkan bakteri untuk mengurangi kotoran dari sisa makanan atau pakan.
Sementara, kebanyakan petani tambak di Batubara masih pada tahapan tradisional, kelebihan petambak tradisional ini keuntungannya bisa mencapai 300 – 400 persen dari hasil panen. Sedangkan yang menggunakan teknologi, keuntungan petambak hanya mendapatkan 60 persen saja dari hasil panen, begitulah kurang lebih analisanya.
Kelebihan udang Faname, jika inangnya mampu bertahan hingga tiga puluh hari, para petani sudah mendapatkan untung dari size yang kecil. Namun hasilnya tidak begitu memuaskan, karena, harga umur udang yang satu bulan hanya mampu dipasarkan berkisar 35 ribuan perkilogramnya.

Lantas Bagaimana Mengantisipasi Penyakitnya?
Sebenarnya, penyakit udang Faname itu timbul pada saat umur udang masih prematur, pada kondisi itu, tubuh inang masih menyesuaikan (adaptasi) dengan kondisi lingkungan. Tingginya perubahan suhu dan sanitasi pada perairan umumnya akan mempengaruhi hingga pada tingkat kematian.
Kemudian, Bagaimana Prospek Budidaya Rumput Laut di Batubara?
Rumput laut salah satu jenis usaha yang barusan dilakukan oleh petani tambak di Batubara. Jenis usaha yang langka ini, tentu butuh pengetahuan yang baru dalam melihat aspek ekonomi dan perkembangannya.
Renzana Zonasi (RZ) yang sedang dibahas ditingkat propinsi Sumatera Utara, rumput laut masuk dalam zona kawasan tangkap. Dilokasi 2 sampai 3 mil dari bibir pantai, zona perkembangan rumput laut bersamaan dengan zona nelayan tangkap.
Rencananya, kita sedang mencari zonasi untuk budidaya rumput laut di Batubara sekitar 50 hektar. Zonasinya kemungkinan akan terintegrasi dengan daratan sehingga memudahkan pembudidaya untuk mengembangkan kawasan rumput laut.
Untuk pembagian zonasinya, saat ini, pihaknya telah ditugaskan oleh Bupati untuk mempelajari trend usaha bisnis tersebut. Dalam waktu dekat ini, pihak dinas akan melakukan studi banding di Bandar Lampung untuk mempelajari budidaya rumput laut itu.
Bagaimana masa pembesarannya?
Mulai dari prinsip budidaya hingga sampai pada tingkat pemasaran budidaya rumput laut itu masih dalam kajian pihaknya, dimana rencananya, kita sedang melakukan kajian zonasinya mulai dari pantai sejarah mengarah sepanjang pantai di kawasan Tanjung Tiram. Dan ini masih dalam kajian.
Masa perkembangan rumput laut selama 35 sampai dengan 40 hari masa panen. Untuk wilayah Sumatera Utara, RZ yang ditetapkan Propinsi Sumatera Utara kawasan rumput laut ditetapkan dilokasi pulau.

Lokasi itu, tentu lebih banyak membutuhkan biaya dari aspek pengawasannya. Namun untuk kawasan 3 sampai 4 Mil dari bibir pantai lebih menguntungkan secara ekonomis.
Berapa modal usaha dan harga jual rumput laut?
Modal usaha rumput laut dalam satu hektar membutuhkan lebih kurang 75 juta, modal itu untuk pembelian tali yang akan bertahan hingga dua tahun. Sedangkan masa panen selama setahun terdapat 8 kali panen dengan harga 15 ribu perkilogramnya.
Jadi hanya berjalan empat bulan, usaha rumput laut sudah bisa mengembalikan modal dan untung selama enam belas bulan. Dalam kurun waktu dua tahun.
Satu hektar lahan, hasil panen rumput laut diperkirakan dapat berkisar 1,8 ton, harga pasar rumput laut 15 ribu dengan pangsa pasar Jakarta dan pangerang. ****