Zulnas.com, Batubara — Akhirnya, dalam amarah yang tertahan Bandar Rahmad mengulas senyum “kami akan rajakan”. Ujarnya.
Kata kata itu terdengar lantang tanpa keraguan membelah kesenyapan Balairung itu. Sultan asahan agak tertegun mendengarnya, ada kekaguman dan keraguan menyelimutinya. Negri manakah yang sedang dipertaruhkan pembesar ini?
Sebelum semuanya sadar dari keterkejutan itu bandar Rahmad menyambung kata katanya. “Negeri Bedagai hamba serahkan kepada baginda,”. Ujar Bandar Rahmad sambil menatap lurus Sultan Asahan.
Ada seulas senyum terlihat dibibir sultan, tak salah Sultan Deli menunjuk pembesarnya. Bertanggung jawab atas titah, berkorban demi sultan junjungan.
Sultan Asahan kagum melihat sikap ketegasan dan pengorbanan bandar Rahmad, namun sebagai petinggi negeri sultan Ali tak hendak berlemah hati.
Dia terima penyerahan itu dan hitam di atas putih dipersiapkan para petinggi negeri.
Baca Juga :Â Bandar Rahmad Meminang Adik Sultan Asahan
Semuanya lega, tidak ada permusuhan dan peperangan akibatnya. Semua tersenyum termasuk sultan Ali dan Bandar Rahmad.
Hidangan dan minuman disantap dengan suka cita sambil diiringi lantunan irama keceriaan, selesai bersantap masing masing kembali ke bilik peraduan menunggu esok hari penandatanganan penyerahan negeri Bedagai kepada kesultanan Asahan.
Bandar Rahmad putra tanah Deli itupun memasuki bilik peraduannya. Terlentang melihat langit langit bilik. Terbayang perjalanan nasib hidupnya, berjuang mengharungi lautan, terdampar di negeri bogak, bertahun perkawinan tak memperoleh keturunan.
Dia bangga dengan istrinya cik hitam zauziah tetap setia mendampinginya. Terbayang ia anak sulungnya Muhammad Basyir dari istrinya cik Nalang keturunan orang besar negeri bedagai, yang ditawan sebagai sandera Sultan Aceh, karena ulahnya yang tidak membawa sultan Osman pada saat penambalan sebagai sultan di negeri Deli.
Ada tetesan air mata yang tergenang. Ada senggukan yang tertahan. Ketika bayangan Muhammad baki melintas, dia tersenyum bangga, anak hasil perkawinannya dengan cik Syamsiah anak raja pesisir Siak ini telah jadi orang besar bogak karena berkahwin dengan cik Anis anak Datuk bogak Husin.
Terbayang istri tercinta cik dayang anak Bedagai molek nan mempesona. Walau muda belia tapi penuh hormat dan kesopanan.
Terkembang senyum dibibir bandar Rahmad membayangkan istrinya
Tetapi sekilas terlihat pula tiga anaknya yang masih kecil berlari merangkulnya. “Mana negeri mereka?”
Bandar Rahmad memegang dadanya, rasa sesak yang tak tertahan. ***ET