Menelusuri Jejak Tanjung Limaupurut di Batubara (Bagian Ke 2)

zulnas
zulnas

Zulnas.com, Batubara — Siang kian matang. Matahari mulai mendekat vertikal ke ubun-ubun. Kami yang sedari pagi telah berada di lokasi permakaman bersejarah Kedatukan Tanjung Limaupurut, mulai terasa jerih.

Berempat, Tim Kilas8 istirahat, sejenak pada hamparan rumput nan berpasir di bawah bebatangan sawit. Tanaman palma jenis itu, memang terdapat banyak di areal situs penting yang turut mewarnai denyut peradaban di bibiir Selat Malaka itu. Entah siapa yang menanamnya. Tapi tak guna hirau.

Penat beringsut. Bebarangan telah pula ada yang dikemas. Tapi, seseorang lain ada tak jauh dari tempat kami. Ia di datangi. Saat disapa ia menjawab dalam Bahasa Melayu, namun dialek Tapanuli mengesan jua.

Dari dia lah kami mendapat informasi, bahwa terdapat makam-makam lain berada pada kawasan lain. Kami. mengikuti arah yang ditunjuknya. Dan, ia benar.

Namun, kondisi permakaman tersebut, nyaris sama dengan yang lebih dahulu kami datangi. Kesannya,Tak terawat baik.

Baca Juga : Menelusuri Jejak Tanjung Limaupurut di Batubara (Bagian Ke 1)

Dalam salah suatu catatan yang ada, keberadaan Kedatukan Tanjung Limapurut nan bersejarah itu, diterakan pada rentang pertengahan abad XVIII.  Begitupun, terdapat pula tulisan lain memaparkan bahwa eksistensinya bertemali dengan Perang Padri pada awal-awal abad XIX. Terbilang tua, memang.

Pada kurun yang terbilang panjang tersebut, tentulah banyak hal yang terjadi. Dari generasi ke generasi kisah-kisah mengenai kedatukan yang dibina Datuk Umar Palangki itu tertuturkan jua. Sebagian disampaikan dari mulut ke mulut, pun begitu, adapula yang menorehkannya dalam naskah-naskah tersendiri

Diantara sejarah yang terpahat dari masa lalu, masih bertahan dalam kenangan anak Melayu tempatan perihal mangkatnya salah seorang pemangku kedatukan ratusan tahun silam. Ia kini bersemayam abadi di pusaranya, pada kawasan yang agak berbukit dalam wilayah Simalungun, berdekatan dengan bagian hulu Sungai Tanjung.

Terdapat kesamaan pada sejumlah catatan yang ditemukan. Bahwa jasad yang dimakamkan berdekatan dengan tepi sungai itu, adalah pemangku kedatukan ke-tiga Tanjung Limaupurut

Ada yang menuliskan namanya Orang Kaya Mamat, Datuk Mamat. Namun, dalam pohon silsilah keluarga besar kedatukan, ia disebut sebagai Datuk Momat.

Ada yang meyakini sebagai anak, ada pula yang justru sebagai adik daripada pemangku ke-dua yaitu Datuk Mat Janggut (ipar Datuk Umar Palangki)

Kesamaan lainnya, beliau terbunuh. Motif nya sahaja yang berbeza.

Seperti,faktor politik kolonialis Belanda. Juga tersebut perihal perang yang dilatarbelakangi faktor ekonomis soal pemungutan cukai. Untuk alasan ke-dua itu sang pemangku diterakan wafatnya pada 1843.

Memang kematian dramatik salah seorang pemangku itu telah berabad-abad Namun, tak bisa ditepis jua, ia masih jadi ingatan generasi keluarga besar Kedatukan Tanjung Limaupurut. Dari dulu, hingga kini. Dan mungkin, tak terlupakan. ***Kindra

Share this Article
Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *