Zulnas.com, Batubara –Kabupaten Batu Bara kini telah memiliki tempat wisata baru yang asyik buat didatangi. Namanya Kampung Jepang, konsepnya seperti Negeri Sakura.
Siapa yang tidak kenal bunga Sakura?
Bunga khas asal negara Jepang ini bertambah populer di Indonesia menyusul keberhasilan pemerintah Batu Bara menyulap situs cagar budaya yang ada di desa Perupuk, kecamatan Limapuluh Pesisir, menjadi rindang dan indah oleh pohon sakura dengan situs peninggalan bungker jepang bersuasana khas negeri samurai.
“Desa Perupuk atau Kampung Jepang yang ada di Batu Bara, merupakan bukti sejarah perang dunia ke dua tahun 1942, mendaratnya tentara Jepang di bibir pantai Selat Malaka” Kata Bupati Batu Bara, Zahir saat meresmikan Kampung Jepang di Desa Perupuk, Senin, (9/12/2019).
“Dalam rangkaian HUT Kabupaten Batubara tahun ini, kita telah menggali peninggalan sejarah peradaban berupa sejarah dan situs-situs yang menjadi cagar budaya dan cagar alam yang perlu kita lestarikan di Batubara,” kata Bupati Zahir.
Untuk itu, Zahir menginginkan agar seluruhnya cagar budaya dan cagar alam yang ada di Batu Bara perlu dilestarikan dan dijaga keutuhannya karena tuntutan dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya.
Karenanya, peninggalan sejarah peradaban 9 kedatukan, jejak perdagangan kuno, jejak kolonial belanda dan jepang, jejak perkebunan serta perang dunia kedua “yang merembes ke Batubara harus dirawat” ucapnya.
“Dari sinilah berangkat nama kampung ini disebut sebagai Pantai Sejarah dan dibuktikan dengan adanya peninggalan 7 bunker tentara Jepang di desa perupuk” terangnya.
Tak hanya itu kata Zahir, “kita juga dapat mengkomunikasikan kepada masyarakat sebagai sumber inspirasi dalam pembangunan sekaligus kita jadikan sebagai sarana wisata dengan mendirikan museum Batubara” tambahnya.
Dikatakan Bupati Zahir, jika keseluruhan cagar budaya dan cagar alam ini sudah tertata dan terbangun secara standarisasi, maka akan mendatangkan wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara yang tentunya akan mendatangkan Pendapatan Asli Daerah.
Selain itu, “tempat ini juga akan kita jadikan tempat para ilmuan mengkaji dan meneliti warisan sejarah dan kekayaan ekosistem yang akhirnya membangun pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Batu Bara” ucap dia.
Pernyataan Bupati Batu Bara ini kemudian diperkuat oleh sejarawan Dr. Ichwan Azhari, Dosen Sejarawan Universitas Negeri Medan.
Dikatakan Ichwan Azhari, Kampung Jepang yang ada di perupuk tersebut merupakan bukti kabupaten Batubara merupakan kawasan strategis sebagai pusat ekspansi militer pada perang dunia ke dua.
Data intelejen Jepang memperlihatkan pantai Tanjung Tiram cukup dalam untuk bersandarnya kapal perang besar menurunkan pasukannya ke pantai Batu Bara. Juga karena kawasan ini memiliki pantai pasir putih yang baik untuk pendaratan pasukan marinir Jepang.
Kedalaman laut Tanjung Tiram ini kemudian digunakan oleh Jepang untuk menyandarkan kapal besar hasil pampasan perang milik Belanda yakni kapal Van Waewirjk buatan tahun 1910 berbobot 3000 ton. Kapal berbendera Belanda itu akhirnya diganti dengan bendera Jepang dan nama kapal diberi nama Jepang Harukiku Maru.
Kapal Harikuku Maru inilah yang kemudian dijadikan sebagai pemembawa karet dan hasil bumi Batubara untuk diekspor bagi dana Jepang dalam perang dunia ke dua di Sumatera.
Kapal malang ini kemudian diterpedo oleh sekutu Belanda, yakni kapal selam Inggris bernama HMS Truculent pada 22 Juni 1944.
“Bangkai Kapal itu masih ada di perairan Tanjung Tiram sampai sekarang dan pernah diteliti oleh Balai Arkeologi Sumatera Utara,” kata Ichwan yang juga salah satu anggota TBUPP Batubara. ***