zulnas.com, Batubara — Mengcuatnya persoalan oknum pendamping desa Muhammad Ghozali yang terlibat sebagai salah satu agen pemasok Jasa Partamina Gas Elpiji membuat gerah para pimpinan diatasnya yaitu Tenaga Ahli (TA) Pendamping Tingkat Kabupaten Aslani.
Menurut Aslani, keberangkatan oknum petugas pendamping Muhammad Ghozali ke Korea beberapa waktu lalu diduga tidak memiliki pengakuan kuat bahwa beliau salah satu petugas pendamping yang berprestasi.
Baca Juga : Mewakili Sumut, Muhammad Ghozali Asal Batubara Diberangkatkan ke Korea
Tak hanya itu, beliau juga tidak mempunyai bukti – bukti kuat bahwa beliau telah mendapat predikat sebagai salah satu tenaga pendamping terbaik ditingkat Indonesia bahkan Sumatera Utara.
“Soal keberangkatan oknum pendamping Muhammad Ghozali kemarin ke Korea, tidak saja sudah bermasalah, soalnya, bagaimana mungkin beliau mendapat predikat sebagai tenaga pendamping terbaik, masa tugas beliau baru saja satu tahun”, beber TA Kabupaten Aslani kepada zulnas.com melalui via telpon seluler, jum’at (12/07/2019) malam.
Untuk mendapat predikat terbaik, kata dia, yang bersangkutan tentu punya sertifikat. Siapa tim penilainya? Tidak ada satu surat pun baik dari tingkat Kabupaten, propinsi dan bhkan kementerian pusat yang menyatakan tingkat keberhasilan oknum yang bersangkutan.
Namun anehnya, kata Aslani, ada pihak lain yang memberikan rekomendasi, namun tidak tau itu siapa, tiba-tiba surat itu datang sama dia.
“Inikan lucu, ada surat rekomendasi yang keluar, bukan dari Kabupaten, dan tidak juga dari tingkat propinsi, tapi yang bersangkutan mengklaim sebagai pendamping terbaik”, ujar Aslani sembari terheran- heran.
Sejauh ini, kata Aslani, tidak ada menyatakan predikat yang didapat oleh yang bersangkutan. Beliau juga tidak dapat menujukkan bukti sertifkat terbaik, bahkan tidak ada statemen dari manapun yang menyatakan beliau sebagai pendamping terbaik.
Lebih lanjut dikatakan Aslani, pihak Propinsi Sumatera Utara dan pihak Kabupaten Batubara juga tidak pernah mengeluarkan surat penilaian terhadapnya.
Hanya saja, Menurut dia, Muhammad Ghozali sering mengunggah foto-fotonya saat bertugas sebagai tenaga pendamping didesa. Foto-foto foto itu, dia sher lewat media sosial (Medsos).
“Apakah foto yang dia sher ke Facebook itu kemudian menjadi penilaian. Tapi yang pasti itu bukan bagian dari salah satu kriteria, tidak juga dari program dampingan”, Tegas Aslani.
“Waktu itu, Tahun 2018, Beliau baru saja bekerja sebagai pendamping, dari mana pula dia dapat penilaian”, beber Aslani. ****Zn