Zulnas.com, Batubara — Bagi sebagian orang, wartawan mungkin identik dengan pena, kamera, dan berita. Namun bagi para jurnalis yang tergabung dalam Ikatan Wartawan Online (IWO) Kabupaten Batubara dan Warung Apresiasi Pres (Wappress), profesi bukanlah sekadar melaporkan peristiwa saja.
Lebih dari itu, mereka ingin menjadi bagian dari solusi. Jumat (10/10/2025), di bawah terik matahari yang menyengat, tangan-tangan mereka justru sibuk membagi senyum dan harapan bukan menenteng mikrofon, tapi mengulurkan paket sembako.
Di markas Wappress, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Lima Puluh, suasana sederhana berubah menjadi hangat. Karung-karung beras 5 kilogram tersusun rapi, ditambah minyak goreng, gula, dan teh. Sebanyak 91 paket sembako dan 25 tali asih untuk anak yatim siap disalurkan. Tujuan mereka bukan headline besar di media, tapi kelegaan di wajah para penerima manfaat.
“Ini bentuk kepedulian kami. Mungkin tak seberapa, tapi kami ingin menunjukkan bahwa wartawan juga punya nurani sosial,” ujar Darmansyah, Ketua PD IWO Batubara, dengan nada rendah hati.
Pria yang akrab disapa Darman itu menegaskan, kegiatan sosial ini bukan sekadar bagi-bagi bantuan, melainkan wujud nyata solidaritas profesi terhadap masyarakat yang tengah berjuang di tengah himpitan ekonomi.
Bantuan ini merupakan hasil gotong royong lintas pihak mulai dari Dinas Sosial Kabupaten Batubara yang menyumbang 30 paket, Baznas dengan 20 santunan anak yatim, hingga para dermawan yang menitipkan rezeki tanpa nama. Sebuah gerakan kecil, tapi dengan semangat besar, lillahita’ala.
Setelah kegiatan di markas, rombongan wartawan melanjutkan perjalanan menuju Lingkungan VII, Gang Nirmala, Kelurahan Lima Puluh, lokasi warga terdampak longsor. Beberapa rumah tampak rusak sebagian, lumpur masih menempel di dinding. Di sana, mereka bukan datang untuk mewawancarai korban, tapi untuk menenangkan hati dan menguatkan semangat.
“Bagi kami, ini bukan kali pertama. Tapi setiap kali menyalurkan bantuan, ada rasa haru tersendiri,” kata Zainuddin atau Zein, Ketua Wappress. “Kami ingin terus menanamkan nilai kemanusiaan di balik profesi jurnalis. Karena pekerjaan ini bukan hanya tentang berita, tapi juga tentang nurani.” kata pria yang berkumis tebal itu.
Warga penerima manfaat datang dari berbagai wilayah—Lingkungan II, III, V, VII Kelurahan Lima Puluh, Desa Antara, Desa Perkebunan Tanah Gambus, hingga pedagang kaki lima di sekitar Jalan Perintis Kemerdekaan. Mereka membawa pulang paket sembako, namun sejatinya yang dibawa lebih dari itu: rasa diperhatikan.
Salah satu warga, Mak Ijah, 63 tahun, tak bisa menyembunyikan matanya yang berkaca. “Biasanya wartawan datang membawa kamera. Hari ini mereka datang bawa beras. Saya tak sangka,” ujarnya pelan sambil menahan haru.
Di tengah gempuran berita buruk dan hiruk-pikuk politik, langkah kecil para wartawan Batubara ini menjadi pengingat bahwa masih ada ruang bagi kebaikan yang sederhana. Profesi jurnalis memang menuntut ketajaman berpikir dan keberanian menyuarakan kebenaran, tapi di balik pena itu, masih berdenyut hati yang peduli.
Karena pada akhirnya, kemanusiaan tak pernah kehilangan ruang dalam berita apalagi di tangan mereka yang menulis bukan hanya dengan kata, tapi juga dengan kasih. (Dan).