Zulnas.com, Batubara –Ketika kerajaan Aru yang menganut kepercayaan pelbegu menolak diajak untuk menganut agama Islam, akhirnya kerajaan Aceh menyerangnya.
Raja Aru melarikan diri dan membangun kerajaannya kembali di Deli tua, sementara rakyat yang tetap tinggal di kerajaan Aru sukarela memeluk agama Islam.
Kerajaan Aru yang berada di Deli tua dipimpin seorang ratu Herlina Boru malem. Karena kecantikannya sering disebut sebagai putri hijau.
Ratu yang masih gadis ini dipersunting oleh Sultan Iskandar muda, dengan maksud agar memeluk agama Islam.
Penolakan yang dilakukan ratu ini mengakibatkan penyerbuan kerajaan Aceh. Penyerbuan ribuan bala tentara Aceh ini dipimpin panglima Aceh asal India Gocah pahlawan dan panglima muda Perlak.
Kerajaan Aru tak mampu membendung serbuan ini. Putri hijau memerintahkan para panglimanya untuk lari kepegunungan sambil membentuk kerajaan Aru ke tiga di pengunungan itu. Sementara putri hijau bertahan dalam istana, setelah tak mampu ratu ini lari menyusuri sungai sampai ke laut.
Sementara itu, Gocah pahlawan adalah panglima Aceh asal India menyerbu tempat pelarian panglima Aru yang mendirikan tiga Aru di perbukitan.
Hal ini tidak sebagaiman pesan Ratu Boru malem yang harus mendirikan Aru ke tiga di perbukitan bukit barisan.
Dalam penyerbuan itu, dua Aru dapat di tumpas habis, sementara yang satu lagi panglima Gocah pahlawan tak sempat menyerbunya karena harus kembali ke istana Aru di Deli tua.
Sementara panglima muda perlak mengejar ratu Aru Boru malem yang lari melalui sungai sampai ke lautan. Berhari panglima muda perlak mengharungi lautan tetapi ratu Boru malem gadis yang menolak pinangan Tengku Iskandar muda ini tak juga ditemukannya.
Pengejaran yang dilakukan panglima muda perlak ke arah timur sampai ke pinggiran ledong yang dicari tak juga didapat.
Dalam peristiwa ini, panglima muda perlak bertemu dengan istri dan anak anak raja kerajaan Panai yang terbuang.
Anak beranak ini dibuang raja Panai akibat hasutan hatoban (pembantu) yang diperistrinya yang telah melahirkan anak lelaki.
Pertemuan itu melahirkan kesepakatan kerajaan Aceh akan membantu anak beranak ini merebut kembali kerajaan Panai memberi kepada yang berhak.
Panglima muda perlak dengan pasukannya seketika itu juga menyerbu kerajaan Panai, namun gagal karena kekuatan yang tak sebanding.
Panglima muda perlak dan Gocah pahlawan kembali ke Aceh menghadap yang mulia sultan kesultanan Aceh Tengku Iskandar muda.
Tidak terlalu lama, Sultan Iskandar muda memerintahkan panglima Gocah Pahlawan memindahkan kerajaan Aru ke labuhan Deli dan sekaligus memimpin kerajaan itu. Sementara panglima muda perlak mendapat titah menyiapkan bala tentara untuk menyerbu kerajaan Panai.
Raja Panai yang telah mendengar rencana raja Aceh mempersiapkan bala tentaranya untuk menghadang penyerbuan itu. Namun kekalahan tak bisa dihindarkan raja Panai meninggal dalam penyerbuan itu. “Raja Panai marhom di jambu”.
Kerajaan Panai diserahkan sultan Aceh kepada yang berhak. Atas keberhasilan itu istri raja Panai mengijinkan anak gadisnya “putri berinai” menghaturkan sembah ke negeri Aceh.
Keberangkatan putri berinai ke negri Aceh didampingi panglima Bakkara satu satunya panglima yang sepatah sepatah tahu bahasa Melayu. ***ET