Batu Bara,zulnas.com – Selama tiga tahun, Ipit hanya mampu berbaring kaku dikediaman gubuk reotnya. Ayah delapan anak berusia 55 tahun yang tinggal di Kecamatan Medang Deras itu menderita lumpuh sejak tiga tahun terakhir.
Pemuda yang tidak mempunyai penghasilan tetap itu hanya mampu menghabiskan sisa hidupnya dirumah terbaring diatas kasur tanpa menggunakan ranjang, ia hanya tinggal digubuk reotnya.
Saat ditemui awak media, ia hanya berselimut sarung dan terbaring di atas kasur. Makanan yang ia makan sehari- hari dengan lauk pauk seadanya seakan menambah ukuran badannya terus mengecil. Ia mengaku pasrah karena perekonomiannya.
“Ya, seperti ini kondisi saya. Tidak bisa kemana-mana, duduk saja tidak tahan lama. Hanya tiduran di kamar,” katanya, sabtu (1/12/2018) dini hari.
Ia menceritakan, enam tahun yang lalu pernah terjatuh dari atas rabung atap saat memperbaiki atap rumahnya, dan waktu itu Ia tidak merasakan sakit ditubuhnya. Saat itu, Ia masih bisa melakukan aktifitasnya bekerja sebagai nelayan kerang tradisional.
Namun sungguh naas tiga tahun berlalu dia menderita sakit di pinggangnya yang mengakibatkan Ia tidak bisa berjalan.
“Enam tahun yang lalu saya pernah terjatuh dari rabung saat memperbaiki atap, tapi gak terasa sakit atau bengkak, kurang lebih tiga tahun setelah kejadian itu saya mengalami sakit pinggang yang sakitnya sungguh luar biasa sakit, itu lah awalnya saya jadi begini”, ujarnya sedih.
Selain itu, Ipit sering merasakan sakit sakit saat hendak buang air kecil. Ia sempat rawat jalan di salah satu rumah sakit di kota tebing tinggi selama 1 tahun menggunakan Kartu Indonesia Sehat (KIS), namun sungguh malang biaya untuk transport tidak ada. Jangankan untuk ke rumah sakit, makan aja pun sulit, harta pun sudah terjual semua demi untuk kesembuhannya.
“Sempat juga saya rawat jalan di rumah sakit tebing tinggi, cuma cemanalah uang untuk biaya transport tidak ada, untuk makan aja sulit, harta pun udah habis dijual untuk biaya berobat kesana kemari”, tambahnya.
Ia sendiri hidup jauh dari kecukupan bersama anak dan istrinya. Untuk mencari nafkah, istrinya rela banting tulang menjadi nelayan kerang tradisional dikediaman kampungnya.
Samsiah (50), istrinya menuturkan Ipit banyak menghabiskan waktu di atas kasur sejak tiga tahun terakhir karena menderita lumpuh. Dan saat itu juga Ia banting tulang untuk menafkahi anak-anaknya yang masih kecil.
Menurut Samsiah, upaya pengobatan sudah dilakukan baik di rumah sakit maupun non medis. Namun penyakit suaminya tak kunjung sembuh.
“Sudah dibawa ke mana-mana tidak ada perubahan ya seperti ini,” ungkap Samsiah.
Ironisnya lagi, hingga saat ini belum ada perhatian dari pemerintah setempat. Samsiah berharap pemerintah bisa membantu pengobatan suaminya lantaran mereka merupakan orang kurang mampu.
“Pemerintah memperhatikan saja, sudah Alhamdulillah gitu,” tuturnya. *** Ramadan Fajri