Zulnas.com, – Tanjung Tiram, sebuah kota pesisir di Kabupaten Batubara, bukan sekadar pintu gerbang menuju laut dan pelabuhan. Kota ini juga telah menjadi saksi bagaimana kebijakan pembangunan berubah wajah, seiring pergantian kepemimpinan bupati.
Median jalan, taman kota, hingga lampu hias yang kini gemerlap di malam hari, semuanya merekam jejak gaya kepemimpinan tiga bupati: OK Arya, Zahir, dan Baharuddin Siagian.
Era OK Arya: Menanam Pohon, Membuka Ruas Jalan, dan Menghidupkan UMKM
Di masa kepemimpinan Bupati OK Arya, Tanjung Tiram mendapat sentuhan awal pembangunan. Median Jalan Merdeka dibangun dengan konsep jalur hijau deretan pohon ditanam, seakan menjadi paru-paru kecil di tengah kota pesisir yang padat.
Selain itu, ia mengubah wajah lalu lintas Tanjung Tiram dengan menjadikan ruas jalan utama sebagai jalan dua arah, menata ulang arus kendaraan yang menuju pelabuhan dan pusat keramaian.
Tak hanya itu, OK Arya juga melirik potensi ekonomi rakyat. Di simpang empat Tanjung Tiram, ia membangun galeri kios yang diperuntukkan bagi pelaku UMKM. Tempat itu menjadi ruang hidup baru bagi pedagang kecil, sekaligus ikon kota kala itu. Konsepnya sederhana: memberi ruang ekonomi di tengah denyut kehidupan kota pesisir.
Era Zahir: Median Dibongkar, Taman Kota dengan Ikon Sampan
Ketika tongkat kepemimpinan beralih ke Bupati Zahir, wajah Jalan Merdeka kembali berubah. Median jalan dengan pohon kota yang pernah dibangun era OK Arya, dibongkar. Eskavator bekerja pada Februari 2020, meratakan jalur hijau yang sebelumnya jadi pembatas jalan. Sebagai gantinya, Zahir menghadirkan tiang listrik dengan lampu penerangan jalan, dan menghilangkan pohon kotanya.
Tak berhenti di situ, kios galeri yang dibangun era OK Arya juga dirombak. Bangunan tersebut dialihfungsikan menjadi taman kota dengan ikon baru: sebuah gambar sampan besar yang terpasang di atas bekas bangunan kios.
Bagi Zahir, pembenahan itu adalah bagian dari rencana besar: menjadikan Tanjung Tiram sebagai kota satelit pesisir. Mantan Pejabat Bupati Batubara, Syaiful Syafri, bahkan menyebut pembangunan itu penting karena Tanjung Tiram memiliki nilai strategis. Kota ini diproyeksikan sebagai wajah percontohan kota pesisir Batubara.
Namun, kebijakan ini menimbulkan pro dan kontra. Di satu sisi, masyarakat mendukung pembongkaran median jalan karena dianggap mengurangi kemacetan. Di sisi lain, sebagian merasa hilangnya pohon membuat wajah kota kering dan gersang.
Era Baharuddin Siagian: Gemerlap Lampu Hias, Kota yang Bercerita di Malam Hari
Kini, di masa kepemimpinan Bupati Baharuddin Siagian, Tanjung Tiram kembali berubah. Median jalan tak lagi jadi perdebatan, melainkan suasana kota yang dipoles dengan gemerlap lampu hias. Jalan Merdeka di malam hari kini tak lagi gulita. Lampu-lampu berwarna emas, biru, dan hijau menghiasi tiang listrik, melilit anggun bagai untaian cahaya yang menuntun perjalanan warga.
Malam di Tanjung Tiram kini hidup. Anak-anak bermain kejar-kejaran di bawah cahaya, remaja menjadikan jalanan sebagai latar swafoto, dan pedagang kaki lima menikmati berkah dari ramainya pengunjung. “Kalau malam, Tanjung Tiram sekarang seperti punya roh baru. Ramai, tapi hangat,” ujar Amir, seorang warga yang menikmati kopi hitam di warung kecil pinggir jalan.
Gemerlap lampu itu tak hanya soal estetika. Ia adalah simbol: bahwa kota pesisir ini ingin bersinar, bahkan saat mentari tenggelam. Pantulan cahaya di permukaan laut dekat dermaga, menjadikan Tanjung Tiram tak sekadar kota nelayan, tapi kota dengan identitas baru.
Tanjung Tiram: Kota yang Terus Berbenah
Perjalanan Tanjung Tiram di bawah tiga kepemimpinan bupati menunjukkan bagaimana setiap pemimpin meninggalkan jejaknya masing-masing. OK Arya membangun median hijau dan ruang UMKM, Zahir merombak dengan konsep kota satelit, sementara Baharuddin memberi sentuhan gemerlap yang menghidupkan suasana malam.
Namun, semua itu masih menyisakan pekerjaan rumah. Jalan raya yang sempit, drainase yang belum tuntas, serta penataan kota yang masih berantakan menjadi tantangan bagi masa depan. Tanjung Tiram bukan sekadar membutuhkan wajah indah, tapi juga fondasi kuat agar benar-benar tumbuh sebagai kota pesisir modern.
Kini, di bawah cahaya lampu hias, Tanjung Tiram seperti bercerita. Sebuah kisah kota kecil yang tak pernah berhenti berbenah, mengikuti arah zaman, menunggu pemimpin berikutnya menorehkan kisah baru. ****Zn