Zulnas.com, Batubara – Bupati Batubara, Zahir, Senin (9/12/2019) lalu, meresmikan embrio Kampung Jepang (KJ), di Situs Cagar Budaya Pendudukan Jepang, Desa Perupuk, Kecamatan Lima Puluh Pesisir, berdekatan dengan objek wisata Pantai Sejarah.
Kehadiran KJ mendapat tanggapan dari sebagian masyarakat Batubara. Banyak warga setuju, namun tak sedikit yang menolak. Pembahasan tentang KJ juga terlihat di jejaring sosial Facebook.
Melihat fenomena itu, zulnas.com melalui status akun Facebook Moeis Chandan Pamesha, meminta komentar tentang KJ kepada warga Batubara, atau anak Batubara yang tinggal di daerah lain. Status itu diposting Senin (16/12/2019) sore, dan ditutup Kamis (19/12/2019) sekira pukul 00.00 WIB.
* Jangan Diteruskan
Inilah beberapa komentar warga Facebook. Akun Amri Yahya Manaf berpendapat, nama KJ sangat tidak relevan jika dikaitkan dengan situs sejarah.
“Bisa kita sebut situs sejarah apabila terdapat beberapa situs peninggalan jaman penjajahan Jepang dulu, yang menarik untuk kita jadikan cagar budaya, untuk diperlihatkan kepada pengunjung”, tulis akun Amri.
“Misalnya bangunan-bangunan kuno ex tentara jepang, senjata-senjata, meriam Jepang (Kaigun), makam-makam tentara Jepang, dan lain-lain”, imbuhnya.
Sementara di situ, lanjut Amri, hanya ada sebuah bunker kecil, yang di daerah lain juga banyak. Bahkan ada yang disebut Goa Jepang, seperti di Bukit tinggi, Palembang, dan Bali.
“Jadi Kampung Jepang yang saya lihat sekarang tak lebih menunjukkan bagaimana pakaian ala Jepang, Bunga Sakura khas Jepang, dan ciri-ciri bangunan ala Jepang. Sedikit pun tak ada nilai sejarah yang bisa disebut sebagai situs sejarah. Yang terlihat hanyalah sebuah tempat rekreasi ala budaya Jepang”, pungkasnya.
Komentar senada juga disampaikan akun Ramli Hidayah Bintang. Ramli menyebut, goa (bunker) peninggalan Jepang seperti di Perupuk itu, juga ada di banyak tempat. “Goa sejenis itu tempat mereka berlindung saat berperang dulu”, tulis akun Ramli.
Menurut Ramli, KJ sebaiknya tak usah diteruskan. Sebab kehadiran KJ tak akan merubah keadaan. “Biarkan saja nama yang sudah ada. Yang perlu itu pembenahan, baik pelayanan maupun perbaikan fisiknya”, ujarnya.
Sedangkan akun Ok Chairul Anwar mengatakan, pemberian nama KJ di kawasan itu tidak pantas jika niatnya untuk mengenang sejarah.
“Tidak pantas, masih banyak nama yang lain yang harus kita buat. Nggak seharusnya Kampung Jepang”, tulis akun Ok.
Namun ketika diminta alasannya kenapa menyebut tak pantas, akun Ok hanya menulis, “Tak pantasnya kenapa mesti pakai namanya Kampung Jepang”.
Siiiiiiip Deeeh.
Pendapat berbeda dilontarkan akun Ary Sanjaya. Menurut Ary, nama KJ sah-sah saja, jika hal itu dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di daerah itu.
Ary juga menilai protes sebagian warga terhadap KJ berkaitan dengan politik. “Saya rasa itu (KJ) cukup bagus. Masalah pro dan kontra itu biasa. Itulah namanya politik”, tulis akun Ary.
“Jangan karena untuk keuntungan politik pribadi apa yang telah diperbuat pemimpin selalu dipermasalahkan. Beliau (Zahir) udah tau mana yang baik untuk masyarakatnya. Karena beliau adalah asli putra Batubara”, tambahnya.
Kemudian ada akun Syahril Alin. Menurut Syahril, Pantai Sejarah saat ini sepi pengunjung. Dengan adanya KJ, dia berharap objek wisata itu akan ramai pengunjungnya, walaupun hanya wisatawan lokal. “Semoga bisa menambah pendapatan masyarakat desa itu sendiri”, tulisnya.
Selain itu ada pula akun Bariah Bariah. Akun ini berkomentar melalui sebuah
foto tangan wanita yang sedang mengacungkan jempol, dengan caption siiiiiiip deeeh.
Terakhir, akun Wan Syariefuddin. Akun ini menyebut dirinya ikut suara terbanyak. “Aku ikut mana suara terbanyak ajalah”, tulisnya. ***