Zulnas.com, Batubara — Di Desa Sukajaya, tepatnya di Dusun 10, berdiri sebuah rumah tua yang sederhana. Rumah itu milik Ibu Nani, seorang wanita berusia 57 tahun yang hidup sendiri. Usianya yang sudah senja membuatnya tak lagi memiliki tenaga untuk memperbaiki rumahnya yang kian lapuk. Seiring waktu, rumah itu semakin rapuh, menunggu waktu kapan akan roboh.
Hari itu, angin bertiup cukup kencang. Suaranya mengaum di antara pepohonan dan menghantam rumah-rumah di desa. Ibu Nani yang tengah berada di dalam rumah hanya bisa berdoa agar dinding-dinding kayunya tetap kokoh.
Namun, takdir berkata lain. Rumah itu akhirnya runtuh, meninggalkan tumpukan kayu berserakan yang dulu menjadi tempatnya berteduh.
Berita robohnya rumah Ibu Nani dengan cepat tersebar di desa. Mendengar kabar tersebut, Kepala Desa Sukajaya Fahrul Rozi segera bergegas ke lokasi. Melihat keadaan Ibu Nani yang kehilangan tempat tinggal, hatinya tergerak.
Tanpa berpikir panjang, beliau memutuskan untuk membantu membangun kembali rumah itu. “Ini bukan hanya soal rumah, ini tentang kemanusiaan,” ujarnya dengan mata yang penuh ketulusan.
Tak ingin menunggu bantuan dari luar, Kepala Desa bahkan rela merogoh kantong pribadinya demi memulai pembangunan. Tindakannya itu menggerakkan hati seluruh perangkat desa dan warga setempat.
Dengan penuh kebersamaan, mereka mengerahkan tenaga untuk mendirikan kembali rumah Ibu Nani. Ada yang membawa bahan bangunan, ada pula yang datang dengan membawa paku dan palu.
Ali Usman Nasution, salah satu tokoh masyarakat di sana, menyampaikan rasa bangganya. “Di saat-saat sulit seperti ini, kita masih bisa melihat indahnya kebersamaan. Semangat gotong royong yang sudah jarang terlihat kini muncul lagi di Desa Sukajaya,” tuturnya.
Di tengah suara palu dan cangkul yang bergantian, Ibu Nani berdiri di dekat puing-puing rumah lamanya. Matanya berkaca-kaca melihat orang-orang yang datang untuk membantu. Bagi dirinya, bantuan ini adalah keajaiban. Tak terbayangkan, dari puing-puing yang berserakan, harapan akan rumah yang lebih kuat kini mulai terbangun kembali.
Hari demi hari, rumah baru itu semakin kokoh. Dan akhirnya, dengan senyum penuh kelegaan, Ibu Nani menatap rumah barunya. Sebuah rumah yang berdiri tak hanya dari kayu dan batu, tetapi dari kasih sayang dan ketulusan warga Desa Sukajaya.
Kisah ini bukan sekadar tentang rumah yang roboh, tetapi tentang kekuatan hati, kepedulian, dan kebersamaan yang mengalir di setiap jiwa warga. Di Sukajaya, Ibu Nani tak lagi merasa sendirian, karena kini ia punya keluarga besar yang selalu peduli. (Nas).