Zulnas.com, Batubara — Bupati Batubara Zahir terus berkomitmen untuk menggali berbagai potensi daerah, termasuk sektor wisata. Dengan meresmikan embrio ‘kampung Jepang’, Zahir mengharapkan kedepan akan banyak wisatawan yang datang berkunjung ke daerah itu.
“Hari ini, resmi kita nobatkan ‘kampung jepang’ di desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera Utara,” Ujar Bupati Batubara Zahir pada acara peresmian embrio ‘Kampung Jepang’ didesa Perupuk senin (09/12/2019).
Untuk perlengkapan sarana wisata, Zahir mengaku akan membangun berbagai sarana dan pasilitas untuk melengkapi situs sejarah dan budaya yang ada kaitannya dengan sejarah Jepang yang pernah masuk ke Indonesia dengan menjajah kampung di desa Perupuk.
Tak hanya itu, diareal yang luas itu, Zahir juga akan melengkapi berbagai sarana berupa gedung sejarah, semacam audio visual yang menceritakan tentang sejarah penjajahan Belanda dahulu yang pernah masuk lewat daerah tersebut.
“Nanti kan kita lengkapi dengan cerita sejarahnya yang bisa dilihat melalui audio visual film dokumenter tentang sejarah penjajahan Jepang saat masuk ke Desa Perupuk,” Urainya.
Dengan pasilitas yang lengkap itu, tentu akan memancing wisatawan untuk datang berkunjung. Sehingga masyarakat setempat dapat berniaga dan beraktivitas untuk meningkatkan pendapatan keluarga mereka.
“Coba bayangkan, jika kemudian seluruh siswa yang ada di Sumatera Utara datang berkunjung, tentu akan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Batubara,” Ujarnya sembari menjelaskan dari sisi retribusi parkir saja sudah bisa dipungut untuk pendapatan daerah.
Selain itu, Zahir mangatakan, cagar budaya dan cagar alam perlu dilestarikan dan dijaga, karena tuntutan dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya, Undang-Undang Nimir 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Serta Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang kawasan alam yang mempunyai ke khasan satwa, ekosistem yang perlu dilindungi.
Peninggalan sejarah peradaban 9 kedatu’an, jejak perdagangan kuno, jejak kolonial dan jejak perkebunan serta perang dunia kedua yang merembes ke Batubara harus kita rawat.
Selain dilakukan perawatan, kita juga dapat mengkomunikasikan kepada masyarakat sebagai sumber inspirasi dalam pembangunan sekaligus kita jadikan sarana wisata dengan mendirikan museum Batubara.
“Dalam rangkaian HUT Kabupaten Batubara tahun ini, kita telah menggali peninggalan sejarah peradaban berupa sejarah dan situs-situs yang menjadi cagar budaya dan cagar alam yang perlu kita lestarikan di Batubara,” ujar Zahir.
Dikatakannya, jika keseluruhan cagar budaya dan cagar alam ini sudah tertata dan terbangun secara standarisasi, maka akan mendatangkan wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara.
Selain itu, tempat ini juga akan kita jadikan tempat para ilmuan mengkaji dan meneliti warisan sejarah dan kekayaan ekosistem yang akhirnya membangun pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat didaerah itu.
Sementara, sejarawan sekaligus Anggota TBUPP Batubara, Dr. Phil. Ichwan Azhari mengatakan, Pasukan Jepang masuk ke Sumatera Utara lewat Pantai Sejarah pada bulan Maret 1942. Pendaratan pasukan Jepang di pantai ini dilakukan secara besar-besaran bersama markas besar Divisi dan Korps Sandi (Fusuyama, 1994:346-347).
“Jepang seperti mengecoh Belanda yang dengan armadanya menjaga Pelabuhan Belawan dari penyusupan pasukan Jepang. Ternyata Jepang seperti menikam Belanda dari belakang dengan mendarat di kampung sunyi ini yang sama sekali tidak dijaga pasukan Belanda,” katanya.
Pantauan Zulnas.com, usai meresmikan ‘Kampung Jepang’ Zahir kemudian berjalan- berjalan diareal tersebut dengan melihat satu persatu gambar yang sudah dipasang disetiap titik-titik lokasi.
Tak lupa, seperti biasa Zahir juga bergambar bersama para pengunjung dan anak sekolah yang hadir dilokasi itu.
Sebelumnya, Zahir juga telah meresmikan salah satu cagar alam yang merupakan warisan dunia yaitu Danau Laut Tador. Karena didalamnya terdapat jenis hewan langka (mamalia, ikan, reptil) dan tanaman langka yang telah hidup ratusan tahun. Sehingga ditempat ini kita jadikan lokasi cagar alam ke-12 di Sumatera Utara. ****Zn