Zulnas.com, Batubara — Alkisah, seorang arsitek mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Didalam suratnya ia menyampaikan maksudnya kepada khalifah untuk memperkokoh ibu kota termasuk istana kerajaan.
Tak lama berselang, khalifah pun mengirim balasannya. Terbetik kabar tentang rencana pembangunan istana (eh salah), kantor Bupati Kabupaten Batubara. Uuniknya, lokasinya suka berpindah-pindah.
Rencana awal akan dibangun di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh yang sekarang dimekarkan menjadi Kecamatan Lima Puluh Pesisir.
Ir. Zahir MAP sangat mendukung rencana tersebut. Waktu itu (tahun 2016), beliau belum lagi menjadi bupati di tanah bertuah tersebut. Beliau menjabat sebagai anggota dewan provinsi. Berikut adalah pernyataan beliau yang dikutip di media:
“Anggota dewan sangat mendukung, rencana pembangunan Kantor Bupati Batubara di Parupuk dan diharapkan segera dilaksanakan,” Kata Zahir.
“Kita yakin, kantor bupati tersebut selain menjadi kebanggaan masyarakat, karena kantor bupati akan lebih dekat dengan dinas-dinas dan pelayanan kepada masyarakat akan semakin maksimal dan efektif,” sebutnya.
Sebagai putra daerah, politis PDIP tersebut sangat mendukung pembangunan Kantor Bupati. Ia berharap pendapatan masyarakat setempat semakin bertambah, perekonomian di Desa Parupuk bertumbuh, sekaligus infrastruktur daerah semakin meningkat.
Menurutnya, pembangunan Kantor Bupati Batubara di Desa Parupuk Kecamatan Limapuluh (sekarang Lima Pulu Pesisir), sangat didambakan dan ditunggu-tunggu masyarakat, karena hampir 80 persen kantor dinas atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Batubara sudah berada di Desa Parupuk.
Rencana kemudian berubah, lokasipun berpindah ke lahan HGU PT. Kwala Gunung. Tak lama berselang, rencana pun berubah kembali. Sekarang giliran lahan HGU Socfindo tanah Gambus yang akan dijadikan lahan kantor bupati berikut kompleks perkantoran Pemkab Batubara seluas lebih kurang 50 hektar.
Tapi, sepertinya belum ada kabar tentang ‘ground breaking’ alias peletakan batu pertama. Padahal masyarakat Batubara masih terus dalam penantian: Apakah masih akan ada perubahan? Kalaupun toh ada perubahan, pastinya bukan di Sipiongot!
Melihat dari berubah-ubahnya rencana, orang lain mungkin berasumsi bahwa kualitas perencanaan pembangunan di Batubara ini payah. Mungkin juga berspekulasi: Apakah perubahan rencana-rencana tersebut merupakan bagian dari sebuah rencana juga? Entahlah.
Kembali ke cerita awal. Dalam surat balasan untuk arsitek tersebut, Khalifah Umar bin Abdul Aziz menyiratkan penolakan rencana si arsitek lewat sebuah pesan:
“Perkuatlah fondasi ibukota dengan keadilan, bersihkanlah jalan-jalannya dari kamaksiatan.”
Dibulan Romadhon yang penuh berkah ini semoga kita dan pemeimpiin kita semakin dekat pada keadilan dan semakin dijauhkan dari kemaksiatan.
Insya Allah, akan muncul masyarakat yang kuat, masyarakat kreatif dan mandiri. Bukan masyarakat lemah yang hanya bisa menjadi pelayan bahkan di negerinya sendiri. ***AF