Zulnas.com, BATUBARA — Para petani dari empat desa di Kecamatan Lima Puluh Pesisir menyuarakan keresahan mendalam mereka kepada Anggota DPRD Batubara saat pelaksanaan Reses Tahap II, Rabu, 2 Juli 2025.
Reses ini digelar di kawasan Pantai Sejarah, Desa Perupuk, dan dihadiri oleh tiga anggota DPRD Dapil I: Ismar Khomri (Partai Golkar), Darius (PPP), dan Suriadi (NasDem).
Mereka menerima langsung keluhan masyarakat dari Desa Perupuk, Desa Guntung, Desa Pasar Permit, dan Desa Titi Putih yang selama bertahun-tahun dirundung kerugian akibat air laut yang merusak lahan pertanian. Penyebab utamanya adalah kerusakan pintu klep yang seharusnya menjadi penghalang air asin saat pasang laut.
“Kalau pintu klep tidak dibangun, maka Kadis PUPR bisa dibilang gagal,” tegas Darius dari PPP, menyuarakan kekecewaan masyarakat.
Darius menjelaskan bahwa pintu klep yang hancur telah membuat air laut masuk ke areal pertanian, merusak tanaman produktif seperti sawit, kelapa, pisang, dan sawah.
Darius juga menyatakan bahwa normalisasi dan pembangunan bedeng penahan air asin akan diperjuangkan masuk dalam anggaran P-APBD 2025 atau setidaknya RAPBD 2026. “Kami serius memperjuangkan aspirasi ini di Banggar DPRD,” katanya.
Air Asin Hancurkan Harapan Petani
Sementara itu, Ismar Khomri dari Partai Golkar menyoroti kerugian para petani, terutama di Desa Titi Putih, yang hasil panennya merosot drastis. “Satu kali air asin masuk, dampaknya bisa tahunan. Sawit tidak akan berbuah,” ujar Ismar prihatin.
Ia menyinggung visi Presiden Prabowo Subianto dalam Hasta Cita yang menekankan ketahanan pangan nasional. Menurutnya, dampak banjir air asin ini justru bertentangan dengan semangat itu.
“Harus ada rehap Dam, pembangunan turap, dan kajian serius dari Bappeda dan PUTR agar pembangunan benar-benar berdampak,” tegasnya.
Suriadi dari Partai NasDem memperkuat usulan masyarakat, dan meminta agar dilakukan tabulasi luas lahan yang terdampak. Hal ini penting agar pemerintah daerah memiliki data konkret sebagai dasar penganggaran pembangunan.
Kepala Desa dan Warga: Dari Puluhan Ton Panen, Kini Satu Janjang Pun Tak Ada
Kepala Desa Perupuk, Anton, mengaku pihaknya telah membawa usulan ini ke Musyawarah Desa (Musdes) dan terus menyuarakannya ke pemerintah. “Biasanya hasil panen masyarakat bisa puluhan ton per bulan, tapi sekarang satu janjang pun tak ada yang bisa dipanen,” keluhnya.
Ia juga mengungkapkan, di empat dusun di Desa Perupuk telah direncanakan pencetakan sawah baru seluas 200 hektare, yang sudah ditinjau oleh Dinas Pertanian dan pihak kementerian.
“Kalau pemerintah membangun pintu klep, masyarakat pasti sejahtera,” tambah Anton optimis.
Nasri, warga dari Dusun 3 Desa Titi Putih, menyampaikan kekecewaannya. “Kami sudah sering mengadu ke dewan dan dinas, tapi tak pernah digubris. Begitu air asin masuk, hasil lahan kami langsung anjlok.”
PUTR Siap Tindaklanjuti
Kabid Perairan Dinas PUTR, Khairul, menyatakan bahwa pihaknya akan menampung seluruh aspirasi masyarakat dan mengupayakan penganggaran dalam APBD 2025 dan 2026.
“Kita akan prioritaskan pembangunan pintu klep dan penanggulangan abrasi di wilayah terdampak,” katanya.
Reses ini menjadi bukti bahwa suara petani masih lantang menggema, menagih janji negara untuk hadir. Kini, beban dan harapan para petani berada di tangan para pengambil kebijakan: agar mereka tidak sekadar mencatat, tapi bertindak. (Dan).