Zulnas.com, Batubara — Di bawah langit sore di Desa Guntung, Kecamatan Lima Puluh Pesisir, udara berhembus lembut membawa aroma garam laut yang bersahaja. Matahari condong ke barat, menumpahkan sinar keemasan yang memantul di atap sederhana Panti Asuhan Darut Taufik. Senin 20 Oktober 2025.
Di tempat yang menyimpan tawa, doa, dan harapan anak-anak yatim piatu itu, langkah seorang tamu istimewa menjejak penuh ketulusan.
Dialah Ismar Khomri, S.S., Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Batubara, yang datang bukan dengan seremonial dan sorot kamera, melainkan dengan niat menautkan kasih. Bersama sang istri, beliau hadir bakda Asar, membawa nasi, sembako, dan 40 bingkisan dari Tanah Suci, sebagai oleh-oleh spiritual yang mengandung makna mendalam bahwa berkah sejati bukan hanya diukur dari banyaknya pemberian, tapi dari seberapa tulus tangan yang memberi.
Anak-anak panti menyambut dengan mata berbinar. Di antara mereka ada yang malu-malu, ada pula yang berani menyodorkan tangan mungilnya untuk bersalaman, dengan menjungjung tangan diatas kepala meraka anak yatim piatu itu.
Raut wajah kebahagiaan tampak jelas di wajah mereka, seolah setiap bingkisan yang dibagikan bukan sekadar paket sembako, melainkan sepotong doa yang dikirim dari Makkah, mengikat mereka dalam simpul kasih sesama umat.
Suasana sore itu berubah hangat, bukan karena matahari yang masih enggan tenggelam, tetapi karena getar keikhlasan yang menyelimuti halaman panti.

Disana, Ismar berbincang dengan para pengasuh dan guru, mendengar kisah perjuangan mereka mendidik anak-anak yang tumbuh tanpa belaian orang tua. Dalam obrolan sederhana itu, terselip pesan bahwa anak-anak yatim bukan beban sosial, melainkan titipan Ilahi yang harus dijaga dengan kasih dan cinta.
“Kami datang bukan sekadar memberi, tapi ingin merasakan langsung kebahagiaan dari raut wajah-wajah polos mereka,” ujar Ismar lirih, menatap wajah anak-anak yang tengah membuka bingkisan mereka dengan tawa kecil.
Di sisi lain, sang istri tampak menata nasi dan sembako dengan penuh perhatian, seperti seorang ibu yang ingin memastikan setiap anak mendapatkan bagian dan senyum.
Di penghujung kunjungan, angin pesisir kembali berembus lembut, menggoyangkan dedaunan kelapa yang berdiri di tepi panti. Langit memerah, seolah turut mengamini niat baik yang baru saja ditabur sore itu.
Bagi sebagian orang, memberi adalah tentang jumlah dan nilai. Namun bagi Ismar Khomri, memberi adalah bahasa cinta bahasa yang hanya bisa dibaca oleh hati yang jernih dan tangan yang terbuka.
Dan sore di Panti Asuhan Darut Taufik itu menjadi saksi bahwa di tengah hiruk-pikuk dunia politik, masih ada ruang yang lapang bagi nurani. Di sana, kasih bukan sekadar kata, melainkan tindakan yang menjelma menjadi cahaya sederhana, namun abadi. Semoga berkah bahagia. ****Dan












