Zulnas.com, Batubara — November tahun ini, Kabupaten Kota dan Provinsi akan menghelat Pilkada serentak, kita akan punya pemimpin baru, Gubernur dan Bupati yang baru. Terkhusus Provinsi Sumatera Utara dan Kab. Batubara tidak ada perwakilan perempuan yang maju dalam kontestasi pemilu kali ini, semua calon adalah laki-laki, Namun, adakah para calon kepala daerah ini yang peduli pada isu perempuan?
Terkhusus di Batubara, ada tiga pasangan calon yang masing-masing punya daftar visi misi dengan segudang janji-janji politik, mulai dari perbaikan dan peningkatan infrastruktur, ekonomi, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial dan lain-lain.
Tetapi tidak ada satu pasangan calon pun yang secara tegas dan spesifik mengangkat isu perempuan sebagai agenda dalam visi dan misinya. Padahal perempuan (emak²) sendiri kerap menjadi sasaran atau objek untuk meraup capaian elektoral, tidak jarang para calon Bupati memanfaatkan perkumpulan emak-emak seperti majelis ta’lim dan kelompok penerima manfaat bansos untuk mendapatkan simpati dari mereka. Kenapa? Karena perempuan di anggap konsisten, mudah di pengaruhi dan setia.
Setidaknya 161.235 suara perempuan yang memiliki hak pilih pada Pemilu Kepala Daerah Serentak 2024 di Kab. Batu Bara. Dengan 50% lebih pemilih dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) keseluruhan, maka perempuan adalah voter yang sangat potensial untuk digarap. Suara perempuan Batu Bara sangat menentukan arah politik di dalam ajang Pemilukada ini.
Ketua Yayasan Perempuan Payung Bangsa (YPPB) Kartika Sari, SH yang bergerak di bidang advokasi dan edukasi Perempuan dan Anak menitipkan pesan dan Harapan mewakili suara perempuan di Batubara. Harapannya, Bupati terpilih dapat memasukan agenda prioritas perempuan dalam kebijakan-kabijakan nya.

Isu-isu penting yang dapat diakumulasikan di publik antara lain : Pertama; Pendidikan bagi perempuan, akses pendidikan bagi perempuan belum merata terutama di daerah- daerah pesisir pantai
Kedua; Kesehatan perempuan dan anak perempuan,terutama mereka yang menjadi korban kekerasan. Karena, yang membutuhkan perawatan kesehatan khusus adalah perempuan dengan segudang pengalaman biologisnya.
Ketiga; Akses hukum dan keadilan bagi perempuan. Akhir-akhir ini banyak kasus kekerasan seksual dan kekerasan domestik terhadap perempuan yang intensitasnya semakin mengerikan sehingga penting adanya akses hukum gratis bagi perempuan.
Keempat; Akses terhadap pengembangan potensi perempuan, lapangan kerja, dan peningkatan keterampilan perempuan. Menjamin dunia kerja yang adil dan lebih ramah terhadap pengalaman perempuan
Kelima; program kepemimpinan perempuan untuk membuka ruang-ruang politik dan publik bagi perempuan,untuk memberikan kesempatan pada perempuan membangun ekosistem yang akan melahirkan pemimpin perempuan.

Terakhir sebagai penutup, untuk para perempuan, YPPB berpesan dan menyerukan kepada perempuan agar melek politik, Perempuan harus cerdas dalam memilih pemimpin dalam keberpihakannya terhadap golongan perempuan.
Sehingga emansipasi sebagai penilaian terhadap keikutsertaan perempuan dalam giat-giat pembangunan menjadi terwujud, bukan saja sebagai objek politik hukum, politik dan pembangunan juga menjadi subjek yang menentukan arah dan perjalanan bangsa.
Sampai saat ini, belum ada calon Kepala Daerah yang mampu secara signifikan menggaet isu-isu perempuan dan anak secara spesifik sehingga program yang diluncurkan adalah program yang benar-benar mampu membuka ruang akses kesertaan perempuan, bukan saja sebagai objek, mengingat minimnya tokoh-tokoh perempuan di Batunara.
Disinilah, YPPB lahir dan menjadi pioneer bagi penyuaraan perempuan dan anak di Kab. Batubara. Tak berlebihan kiranya, mengingat agenda Pilkada adalah agenda yang harusnya mampu menjembatani dan mewujudkan mimpi-mimpi perempuan di dalam pembangunan bangsa. (Dani Fahmi SH).