Zulnas.com — Mungkin sebagian Muslim ada yang bertanya-tanya, sebetulnya apa keistimewaan bulan Ramadhan? Dan mengapa Allah SWT memilih bulan tersebut sebagai bulan suci dan agung?
Dilansir dari Republika, Ulama besar dan ahli tafsir Universitas Al-Azhar Kairo Mesir Syekh Muhammad Mutawalli al-Sya’rawi menjelaskan, untuk mengetahui keutamaan bulan Ramadhan, maka tentu merujuk pada Surat Al-Baqarah ayat 185.
Allah SWT berfirman, “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.”
Selain surat tersebut, Syekh al-Sya’rawi juga merujuk pada surat Al-Hasyr ayat 21:
Allah SWT berfirman, “Kalau sekiranya Kami turunkan Alquran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.”
Syekh al-Sya’rawi menyampaikan, tunduk dalam ayat tersebut bermakna ada di dalam ketundukan, kekalahan, dan kejatuhan. Artinya, Alquran diturunkan dalam situasi demikian dan umat Muslim harus menerimanya.
“Kemudian Allah SWT meminta kita untuk menghormati peristiwa turunnya Alquran dan menerimanya dengan berpuasa,” tuturnya.
Puasa, demikian penjelasan Syekh al-Syarawi, adalah menahan syahwat (nafsu) perut dan birahi di siang hari selama bulan Ramadhan. Dia juga memaparkan, syahwat atau nafsu itu ada di atas kebutuhan, dan sesuatu yang ada di atas kebutuhan adalah syahwat.
“Alquran membawa pedoman Allah SWT, dan Alquran adalah mukjizat yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Ini berarti bahwa peristiwa besar ini (turunnya Alquran) adalah peristiwa yang memetakan gerak hidup seseorang berdasarkan pedoman yang diberikan Allah SWT,” ujar Syekh al-Sya’rawi
Dengan kata lain, Bulan Ramadhan merupakan tempat terbaik untuk menanam dan menuai kebaikan. Kebaikan yang senantiasa mengantarkan kita pada kemuliaan. Limpahan keberkahan pada bulan Ramadhan menjadi hadiah istimewa bagi setiap insan dan menjadi wujud cinta dan kasih sayang dari sang Tuhan.
Abu Hurairah RA pernah berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Ramadhan telah datang kepada kalian, bulan yang berisi keberkahan, Allah SWT telah mewajibkan kepada kalian berpuasa. Pada bulan itu pintu langit dibuka dan pintu neraka ditutup serta setan pembangkang telah dibelenggu. Karena Allah, di bulan Ramadhan ini ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapat kebaikan tersebut, maka sungguh ia tidak mendapatkannya.” (HR an-Nasa’i).
Pada Ramadhanlah kita dihidangkan berbagai kebaikan.
Hadis tersebut menerangkan keistimewaan bulan Ramadhan. Bulan yang dirindukan oleh setiap Mukmin untuk melaksanakan ibadah puasa. Pada Ramadhanlah kita dihidangkan berbagai kebaikan.
Dinukil dari kitab Ihya ‘Ulumuddin bahwa Imam al-Ghazali menjelaskan tentang levelitas puasa di bulan Ramadhan. Sedikitnya, ada tiga level puasa di bulan Ramadhan.
Level pertama, shaumul ‘umumi. Puasa ini dilakukan oleh orang-orang yang awam. Puasa ini pun dapat dimaknai sebagai ikhtiar untuk menjaga perut dari makanan dan kemaluan dari syahwat. Puasa ini dilakukan oleh orang-orang yang sekadar menahan rasa lapar dan haus, tapi terkadang perbuatan maksiat yang bersifat kecil atau besar itu tetap dilakukan.
Pada level ini, berpuasa dilakukan sebagaimana kebiasaan pada umumnya. Dengan mengartikan bahwa berpuasa sekadar menahan diri dari setiap sesuatu yang membatalkan puasa secara lahiriah.
Level kedua, shaumul khushushi. Puasa ini dilakukan oleh orang-orang yang saleh. Puasa ini pun dapat dimaknai sebagai upaya untuk memelihara telinga atau pendengaran, lidah atau pembicaraan, tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuh dari kesalahan atau dosa.
Puasa ini dilakukan oleh orang-orang yang tidak hanya menahan lapar dan haus, tapi juga memelihara diri dari melakukan kesalahan atau dosa. Pada level ini, kesadaran tentang pentingnya menghindari maksiat saat berpuasa adalah menjadi keunggulan utama.
Dapat dipahami jika berpuasa diiringi dengan melakukan maksiat merupakan kesalahan atau dosa dan dapat membatalkan puasa.
Level ketiga, shaumu khushushil khushushi. Puasa ini dilakukan oleh orang-orang yang saleh dan terpilih. Puasa ini pun dapat dimaknai sebagai usaha agar menjaga hati sehingga dapat terhindar dari kehinaan, jauh dari mementingkan hal yang bersifat duniawi, dan tidak memikirkan sesuatu selain Allah SWT.
Level puasa yang ketiga ini dapat dianggap runtuh, jika terpikirkan sedikit saja dalam hati tentang sesuatu selain Allah SWT.
Puasa ini dilakukan oleh orang-orang istimewa, karena selain menahan lapar dan haus serta menjaga diri dari bermaksiat, mereka pun memiliki upaya kuat untuk mengendalikan pikiran dan hatinya sehingga dapat konsisten tertuju pada Allah SWT.
Memikirkan sesuatu selain Allah SWT dan memikirkan hal yang bersifat duniawi menjadi bagian dari faktor utama yang membatalkan puasa.
Ketahuilah, bahwa ibadah puasa di bulan Ramadhan merupakan peluang emas untuk mendidik diri kita menjadi lebih baik dari waktu sebelumnya.
Mari kita bersahaja berupaya melaksanakan setiap ibadah tidak sekadar bersifat formalitas semata, melainkan juga dapat memberikan kemaslahatan untuk diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Wallahu a’lam.
Oleh MUHAMAD YOGA FIRDAUS