Ida Dayak dan Budaya Pengobatan Alternatif

zulnas
zulnas

Zulnas.com, Jakarta — Ida Dayak dengan pengobatan alternatif yang dilakukannya dengan ritual menari, minyak bintang khas Dayak dan teknik mengurutnya belakangan ini Viral dan menjadi perhatian publik.

Mengapa sampai Viral, karena memang misi yang dibawakan Ida Dayak dengan menolong orang yang sedang sakit itu menjadi salah satu harapan orang banyak, karena pengobatan alternatif yang dilakukan Ida Dayak tidak mematok harga hingga membebani masyarakat pada umumnya.

Masyarakat Indonesia, sampai saat ini masih mempertimbangkan pengobatan alternatif? Namanya juga usaha. Kesehatan itu adalah sesuatu yang sebenarnya tidak dapat diukur dengan uang. Maka itu berapapun biayanya, untuk orang yang punya uang, umumnya akan diusahakan.

Namun tidak dapat dipungkiri, kalau dalam ilmu kesehatan modern pun ada penyakit- penyakit tertentu yang masih belum dapat disembuhkan secara pasti sehingga dianggap penyakit akut. Misalnya kanker dan lain sebagainya.

Dalam kondisi kesakitan, segala sesuatu yang mungkin dapat membebaskan seseorang dari suatu penyakit pun diusahakan, termasuk pengobatan alternatif.

Hal ini tidak hanya berlaku untuk masyarakat menengah ke bawah. Tetapi orang kaya pun masih banyak yang mempertimbangkan pengobatan alternatif. Dan ternyata pengobatan alternatif, dalam hal ini pengobatan traditional, diakui di Indonesia. 

Salah satu buktinya, sekarang asuransi swasta menanggung biaya perawatan tradisional. Misal, tusuk jarum, pengobatan herbal, dst. Asalkan hal itu di rujuk oleh dokter yang merawat, dan pengobatan tradisionalnya pun harus yang terdaftar atau resmi. Tidak bisa pengobatan tradisional yang tidak teregistrasi.

Jadi jelas bukan? bahwa pengobatan alternatif seperti pengobatan traditional itu diakui di Indonesia. Namun perlu dimengerti juga bahwa pengobatan traditional berbeda dengan praktek dukun klenik. 

Pengobatan traditional itu biasanya berasal dari kebiasaan-kebiasaan manusia jaman dulu dalam mengobati suatu penyakit. Mungkin dulu belum ada dokter seperti sekarang. Tetapi orang sakit pasti ada. Dan dengan akal budinya, manusia mencari berbagai cara menyembuhkan suatu penyakit. Mereka belajar dari lingkungannya.

Ada cerita dari orang tua saya tentang seorang temannya di kampung yang memiliki kemampuan mengobati orang sakit dengan tumbuh-tumbuhan, dari hasil mengamati binatang-binatang di sekitar yang dapat menyembuhkan dirinya sendiri menggunakan tumbuh-tumbuhan di sekitarnya. Jika binatang saja mengerti bagaimana mengobati dirinya sendiri (zoopharmacognosy), apalagi manusia.

Pengobatan traditional semestinya dapat dijelaskan dengan logika dan pengetahuan masa kini. Dan pastinya sudah ada bukti-bukti yang mendukung. Misal, secara turun-temurun sebuah keluarga dikenal oleh lingkungannya sebagai penyembuh. 

Jika tidak ada pengalaman dari lingkungan sekitar mengenai kemampuan penyembuhan yang mereka lakukan, tentunya lingkungan sekitar pun tidak adakan mengakui. Minimal, pasti ada cerita dulunya, entah kakek/neneknya, orang tuanya, yang memiliki kemampuan itu.

Tetapi pengobatan alternatif hanya dengan mantra-mantra dan hal-hal gaib, sepertinya tidak akan bisa dijelaskan dengan logika. Artinya tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Dan biasanya, praktek perdukunan seperti ini, ujung-ujungnya duit (UUD). 

Entah dikatakan pembayaran ala kadarnya, ganti kemenyan dan bahan-bahan lainnya, tapi ketika dikasih uang sedikit (menurut ukuran dia), menggerutu atau minta tambah, ya patut dipertanyakan niatnya.

Dari niat bisa ketahuan juga toh, apakah pengobatan yang dilakukan murni pengobatan traditional atau hanya praktek perdukunan sebagai mata pencaharian.

Dalam kasus Ida Dayak, beliau meggunakan minyak Bintang dalam praktek pengobatan yang dia lakukan. Pengobatannya sendiri tidak dipungut biaya.

Menurut berita, dia hanya menjual minyaknya saja. Saya yakin harga minyaknya tidak mahal, karena buktinya banyak orang berbondong-bondong datang untuk diobati.

Ada banyak jenis pengobatan alternatif yang sudah diakui. Salah satunya pengobatan traditional China (Traditional Chinese Medicine). Pengobatan alternatif ini sudah diakui oleh pemerintah, dan ada organisasinya, yaitu Ikatan Naturopatis Indonesia (IKNI). IKNI ini sudah mendapat kesempatan untuk bermitra langsung dan dibina oleh Kementrian Kesehatan RI.

Indonesia yang kaya dengan berbagai jenis tanaman obat dan beberapa teknik pengobatan seperti pengurutan, pengobatan patah tulang, dll, pastinya juga punya jenis pengobatan traditional sendiri. Mungkin tidak semuanya dapat diterima secara medis, tetapi pasti ada yang dapat distandarisasi seperti Chinese Traditional Medicine. 

Memang orang Indonesia juga biasanya tidak jauh-jauh dari mantera-mantera entah ditujukan kemana atau kepada siapa. Namun saya rasa itu adalah bagian dari sejarah masa lalu, dimana dulu belum ada agama. 

Dokter-dokter juga banyak yang berdoa dulu sebelum melakukan operasi. Kalau dulu belum ada agama, mungkin mantera itu adalah suatu bentuk doa.

Ada baiknya pemerintah merangkul dan membina para pelaku pengobatan traditional ini, jika memang terbukti mereka mempunyai metoda tertentu untuk melakukan penyembuhan yang dapat dibuktikan khasiatnya baik secara teori dan praktek. Siapa tahu pengobatan traditional Indonesia dapat mendunia seperti pengobatan traditional China.

Tentunya suatu pengobatan traditional yang terbukti khasiatnya tidak terikat kepada suatu bentuk agama atau kepercayaan tertentu. Misalkan klaim bahwa penyembuhan dapat berhasil hanya jika sang tabib menari-nari dulu, mengucap doa wajib, menyanyikan mantera, memanggil roh dsj. 

Jika memang suatu metoda dapat menyembuhkan suatu penyakit, tanpa ritual yang biasa dilakukan pada jaman dulu pun seharusnya praktek penyembuhan tetap dapat berjalan. Mantera-mantera jaman dulu seharusnya bisa diganti dengan doa sesuai kepercayaan masing-masing dan tidak perlu ditonjolkan seolah sedang memanggil roh. Menurut saya doa itu sifatnya pribadi. Hal ini juga yang seharusnya mendapat binaan dari pemerintah. 

Mungkin para tabib traditional tidak mengerti bahwa metoda penyembuhan yang mereka pakai memang baik adanya dan dapat diterima setelah diuji secara teori dan praktek.

Maka bagian-bagian yang seolah memuja dewa, memanggil roh, dsj bisa dihilangkan. Hal ini juga untuk menghindari tumbuhnya tabib jadi-jadian yang berbasis klenik atau juga yang cuma tipu-tipu. (Kompasiana).

Share this Article
Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *