Zulnas.com, Batubara — Setiap daerah menyimpan budaya dan cerita rakyat tentang legenda makhluk astral. Seperti didaerah Kabupaten Batubara Sumatra Utara. Persisnya di Bagan Batak yang lokasinya berbatasan antara Kabupaten Batubara dengan Kabupaten Asahan.
Daerah Bagan Batak yang berada di Buluh Cino Desa Bagan Baru Kecamatan Nibung Hangus Kabupaten Batubara Sumatra Utara merupakan daerah totoan masyarakat tali air.
Konon katanya, Makhluk ghaib yang menunggu Desa Tali Air dipindahkan ke daerah totoan yang berhampiran dengan laut.
Disinilah ‘hantu’ atau akhluk Astral yang bermukim di kampung perumahan masyarakat itu dipindahkan.
Pada tahun 1800 an, masyarakat setempat yang berada di Bagan Batak hidup sebagai petani dan nelayan, namun karena diserang penyakit masyarakat setempat pindah ke pematang pasir.
Di daerah inipun tak lama setelah bermukim, penyakit kembali menyerang masyarakat. Setiap hari sedikitnya 5 orang warga meninggal dunia.
Masyarakat panik dan bergegas meninggalkan kampung pindah ke Pematang Kuo. Karena jauh dari laut masyarakat tak betah sebagian besar akhirnya pindah ke Tali Air yang dekat dengan laut.
Kembali di daerah yang baru ini masyarakat kembali diserang penyakit. Hampir setiap hari masyarakat menanam mayat saudaranya. Belum sempat pulang sudah terdengar ada yang meninggal.
Berbulan peristiwa itu terjadi, akhirnya masyarakat setempat memanggil tuan Muhammad Nuh anak tuan syeh silau dari Air Joman Asahan.
Atas anjuran keturunan tuan syeh Silau kemudian dibuatlah tanah totoan di ujung kampung. Saat ini daerah itu dinamai dengan nama Buluh Cino. Di daerah itu, tanah seluas satu hektar dibiarkan menghutan tanpa ada yang berani mengusik bahkan menebang kayunya.
Di daerah totoan ini, masyarakat sering mendengar suara orang berzikir, mengaji Alquran. Bahkan selalu masyarakat melihat selintas orang sendirian, sesekali beramai ramai masuk ke dalam hutan totoan.
Menurut keterangan Jakfar Tarigan mantan kepala desa Tali Air Permai, Jumat (12/2/2021) Sampai saat ini masih ada masyarakat setempat yang selalu datang ke pinggir daerah totoan itu meletakkan sesuatu benda sebagai sesajen jika masyarakat tersebut akan melaksanakan hajatan pesta pernikahan dan lainnya.
Makhluk yang berada di daerah totoan tidak pernah menampakkan dirinya secara jelas, dan makhluk astral tersebut juga tak mengganggu masyarakat setempat.
Sepertinya hidup berdampingan.
Tidak jauh dari daerah itu arah ke selatan ada daerah timbun tulang yang juga daerah disebut- sebut sebagai kampung makhluk astral. ***ET