Zulnas.com, Batubara — Bermula kisah musim paceklik melanda tanah batak berkepanjangan. Masyarakat eksodus mengikuti aliran Danau Toba. Di persimpangan tepatnya di daerah londut Aek kanopan sebagian ke timur menuju Kualuh Ledong, sebagian lagi lurus menuju Tanjung Balai Asahan Sumut.
Ketika Sultan Asahan mendengar kedatangan kaum Batak disambutnya dengan gembira. Persyaratan menanggalkan marga, berganti nama dan dimelayukan (sunat rasul) yang ditentukan sultan dipatuhi mereka.
Rombongan demi rombongan yang memasuki wilayah Asahan diperlakukan sama oleh Sultan dan dipatuhi kaum pendatang. Bak kata pepatah, “Bukan kapak sembarang kapak. Kapak dibuat pembelah kayu, Bukan Batak sembarang Batak, Batak ini Batak Melayu”.
Menurt ceritanya, Ujung kemaluan yang dipotong dikumpul dan diarungkan ke tengah laut. Proses pengarungan inilah tak diketahui dengan pasti. Seluruh pupil yang dihanyutkan ke tengah laut tersangkut di sebuah pulau yang tidak terlalu jauh dari kesultanan Asahan.
Nelayan yang kerap melihat “benda” itu tersangkut di pulau selalu menyebut nama benda itu dalam cerita di darat.
Oleh para tetua laut terutama para pawang melarang nama pulau itu disebut dengan nama yang tersangkut tadi. Dari sejak itu disebutlah nama pulau itu pulau salah nama.
Konon katanya, di pulau yang tak berpenghuni ini berdiam sesosok makhluk astral. Sosok tersebut berwujud seorang nenek dan cucunya.
Para nelayan yang singgah di pulau ini kerap bertemu dengan makhluk tersebut, tapi dalam bentuk bayangan yang berkelebat dan suara anak kecil yang sedang bermain.
Dtm sahbuddin yang mendampingi para pekerja menambah fasilitas objek wisata di pulau itu menceritakan hal aneh yang terjadi kepada Zulnas.com, Minggu (14/02/2021).
Ada pekerja dari kisaran yang takabur tiba tiba muntah darah di pulau. Ada istri penjaga pulau yang kesurupan, mengeluarkan suara seperti nenek nenek.
Ada yang dipindahkan tidurnya dari kamar ke halaman. Ada juga mahasiswa yang berkunjung tak bisa pulang karena tiba tiba angin kencang dan gelombang laut tinggi, setelah mereka lakukan tindakan amoral di pulau itu.
Sementara pengalaman dtm sahbudin selalu saja suara orang sedang mandi terdengar, setelah didatanginya tak ada orang yang sedang mandi, tetapi lantai basah dan air bak berkucak.
Suara anak kecil yang sedang bermain di kamar sebelah, setelah didatatanginya suara itu hilang dan tak ada mainan apapun di kamar itu.
Bayangan hitam yang melintas dari arah kamar mandi menuju belakang balai kesehatan pulau sering dialaminya. Kadang pagi, siang, senja dan malam hari.
Bahkan suara perempuan yang bicara dengan cucunya kerap terdengar. Tetapi karena sudah biasa rasa takut sedikit demi sedikit menghilang. Ujarnya.
Bakhtiar Sinaga 40, teman dtm Sahbudin ke pulau juga selalu mengalami hal hal aneh di pulau itu. Karena sudah tahu beliau tidak terkejut lagi. “Tabik Datuk cucu nenek kerja di sini” itu kata kata yang selalu disampaikan beliau jika bulu romanya sedang merinding di pulau itu.
Menurut warga, sampai hari ini, nenek- nenek penjaga pulau nama tersebut masih menyimpan misteri yang belum bisa terpecahkan. ***ET