Zulnas.com, Batubara — Suasana duka menyelimuti rumah keluarga Sutrisno, warga Desa Lubuk Ulu, Kecamatan Datuk Lima Puluh, Kabupaten Batubara, setelah anaknya, Muhammad Ayub Ramadhan (25), dikabarkan hilang kontak di Kamboja. Ayub diduga menjadi korban perdagangan manusia berkedok tawaran kerja di luar negeri.
Sutrisno, ayah kandung Ayub, dengan suara terbata-bata menceritakan awal mula peristiwa yang menimpa anaknya. Menurutnya, Ayub yang sebelumnya bekerja di Belanda sempat pulang ke Medan pada September 2025. Namun, tidak sempat pulang ke kampung halaman di Batubara karena berencana mencari pekerjaan baru di luar negeri.
“Anak saya pulang ke Medan katanya mau cari kerja lagi. Tiba-tiba dapat tawaran kerja ke China lewat aplikasi. Kami pikir itu resmi, ternyata tidak. Sekarang malah hilang kontak di Kamboja,” ujar Sutrisno dengan mata berkaca-kaca, Senin (13/10/2025).
Berangkat Lewat Jalur Non-Resmi, Kini Tak Tahu Rimbanya
Dari keterangan keluarga, Ayub berangkat tanggal 2 Oktober 2025 menggunakan maskapai Air Asia setelah mengurus Visa Turis di Medan. Ia diduga dibantu seseorang yang mengaku sebagai pihak HRD, namun identitasnya hingga kini tidak diketahui.
Sesampainya di luar negeri, Ayub justru dipaksa menandatangani kontrak kerja selama satu tahun, dan dipindahkan dari Vietnam ke Kamboja. Dalam percakapan terakhir dengan kakaknya, Sisca Wulandari, Ayub sempat mengaku dipaksa bekerja di tempat judi online (scam judol) dan ingin segera pulang. Namun, pihak yang menahannya meminta tebusan sebesar Rp70 juta.
“Ayub sempat menangis bilang ke kakaknya mau pulang. Tapi paspornya sudah disita, dan mereka minta uang. Kami tidak sanggup,” tutur Sutrisno menahan tangis.
“Sekarang kami sudah tidak bisa hubungi dia lagi. Nomornya mati, Instagramnya juga hilang.”
Ibu Korban Drop, Keluarga Minta Bantuan Pemerintah
Kabar kehilangan Ayub membuat sang ibu jatuh pingsan dan harus dirawat, sementara keluarga terus berusaha mencari jalan untuk meminta pertolongan. Sutrisno mengatakan, ia dan keluarganya sudah mencoba menghubungi pihak universitas tempat Ayub kuliah di Universitas Islam Riau (UIR), namun belum membuahkan hasil.
“Kami mohon sangat kepada pemerintah, terutama Bapak Bupati Batubara, tolong bantu kami mencari anak kami. Kami rakyat kecil, tidak tahu harus mengadu ke mana lagi,” ucap Sutrisno lirih.
Permintaan Serius ke Pemkab Batubara dan Aparat Berwenang
Keluarga berharap Pemerintah Kabupaten Batubara melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Tenaga Kerja (Disperindag Naker) segera berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan KBRI di Kamboja untuk menelusuri keberadaan Ayub.
Selain itu, pelacakan juga bisa dilakukan dengan memeriksa dokumen keberangkatan melalui maskapai Air Asia dan mendata jalur keimigrasian yang digunakan Ayub saat meninggalkan Indonesia.
“Anak saya warga Batubara, tolong jangan dibiarkan. Kami cuma ingin dia pulang dalam keadaan selamat,” kata Sutrisno penuh harap.
Peringatan Bagi Masyarakat
Kasus Ayub menjadi pelajaran pahit tentang bahaya tawaran kerja ke luar negeri melalui jalur tidak resmi. Pemerintah daerah diharapkan memperketat pengawasan terhadap warga yang akan bekerja di luar negeri serta memperluas sosialisasi mengenai penempatan tenaga kerja aman dan legal.
Sayangnya, Pihak Kepolisian Polres Batubara menolak laporan orang tua korban Sutrisno Senin (13/10/25) pagi. “Laporan saya ditolak dengan alasan pihak keluarga disuruh berkordinasi dengan pihak Imigrasi yang sedang berkegiatan di Desa Kampung Lalang Kecamatan Tanjung Tiram,” Kata Sutrisno.
Sampai berita ini diturunkan, pihak keluarga masih menunggu kabar dari KBRI di Kamboja dan berharap bantuan dari pemerintah pusat maupun daerah segera datang sebelum terlambat. (Dan).