Zulnas.com, Batubara — Antrian kenderaan terjadi di ruas jalan merdeka Kecamatan Tanjung Tiram, sejumlah pengendara terpaksa harus memijak pedal remnya karena dititik lokasi itu tepatnya di depan kuburan muslimin, Sabtu (1/4/2022).
Mereka, disana terpaksa berlalu dengan ekstra hati-hati. Dua kenderaan saling bertemu dengan berlainan arah, karena dipersimpangan itu ada sebuah makan kuburan muslimin.
Kuburan muslim itu dipadati oleh pengunjung yang ingin ziarah ke kuburan. Mereka ziarah datang bersama keluarga dengan mengunjungi dan membersihkan kuburan.
Salah seorang penziarah kuburan Nana, 35, mengaku datang bersama suami dan anak-anaknya untuk berziarah ke kuburan kakeknya. Dia datang dan sekaligus membacakan ayat suci Al-Qur’an sebagai salah satu ibadah untuk diberikan kepada arwah kakeknya.
“Ziarah ini juga salah satu menjadi kebiasaan umat muslimin, jadi saya datang bersama keluarga dan anak-anak saya,” kata Nana kepada zulnas.com disalah satu kuburan muslim di Simpang Empat Desa Kampung Lalang Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara.
Kebiasaan seorang muslimin itu, kata Nana sebagai salah satu bentuk pembelajaran yang ia biasakan bagi anak-anaknya. Sehingga kelak, anak-anaknya akan melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan kedua orang tuanya saat ini.
“Mungkin ini bentuk pembelajaran kepada anak saya, jadi kedepan, ketika mereka sudah besar, mereka akan menziarahi kuburan orang tuanya,” kata Nana.
Lantas, bagaimana hukumnya dalam agama Islam saat melakukan ziarah?
Dalam Agama Islam, hukum ziarah kubur jelang bulan Ramadhan adalah sunnah, sebagaimana dijelaskan Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitabnya Fatawa Fiqhiyah al-Kubra.
Sejarah tradisi ziarah kubur
Dosen Ilmu sejarah Universitas Airlangga (Unair) Purnawan Basundoro mengatakan bahwa tradisi ziarah kubur merupakan tradisi yang sudah berumur sangat tua.
Tradisi ziarah kubur dilakukan dengan mengadopsi keyakinan memberikan penghormatan terhadap leluhur atau nenek moyang.
“Penghormatan terhadap nenek moyang itu tradisi lama ya, lama sekali. Kemudian ketika Islam datang muncul tradisi serupa yang dibalut dengan ajaran Islam,” kata Purnawan, sebagaimana dilansir Kompas.com.
Penghormatan terhadap nenek moyang dengan bentuk ziarah kubur adalah tradisi yang bersifat universal, sehingga sering dijumpai pada setiap kebudayaan.
Bahkan kalau zaman dulu, animisme dan dinamisme, tradisi semacam itu (ziarah kubur) kan banyak ujar Purnawan.
Saat kedatangan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri adalah momen yang sering digunakan oleh umat islam untuk melakukan ziarah kubur.
“Nah, ziarah kubur itu dianggap sebagai salah satu ibadah. Sehingga ketika memasuki Ramadhan, misalnya banyak yang ziarah,” kata Purnawan.
Selain itu, ziarah kubur juga disering dianggap sebagai media bersilaturahmi antara orang yang masih hidup dengan orang-orang yang sudah meninggal.
“Karena makam ini adalah satu-satunya media yang menautkan antara orang yang masih hidup dengan yang sudah meninggal,” ungkapnya.
Pada ziarah kubur disaat lebaran, sering dimanfaatkan perantau untuk bersilaturahmi dengan orang yang telah meninggal.
“Tidak hanya mengunjungi yang hidup, tetapi juga ‘mengunjungi’ mereka yang telah meninggal dunia,” kata Purnawan.
Hukum ziarah kubur
Ketua bidang Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis mengatakan bahwa ziarah kubur merupakan amalan yang dianjurkan untuk muslim.
“Ziarah kubur itu dianjurkan karena mendoakan kepada yang mati dan bisa mengingatkan yang hidup akan kematian,” kata Cholil, dikutip dari Kompas.com,
Cholil menjelaskan dengan sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda kepada umatnya untuk memperbanyak mengingat tentang kematian.
“Rasul juga bersabda ‘Saya dulu pernah melarang ziarah kubur, sekarang silakan ziarah kubur’. Itu dari Rasulullah SAW,” ujarnya.
Keutamaan ziarah kubur
Tradisi ziarah kubur merupakan tradisi yang baik dilakukan karena sebagai bentuk bakti anak kepada orang tua yang sudah meninggal.
“Karena bagi orang yang sudah meninggal orang tuanya, di antara berbaktinya adalah dengan ziarah kubur,” ungkap Cholil.
Ketika melakukan ziarah kubur, peziarah dapat membacakan surat Yasin dan Tahlil, serta mendoakan si mayit agar diampuni dosa-dosanya.
“Tata kramanya adalah mendoakan di sebelah kanan kuburan. Kemudian kita membacakan surat Yasin dan juga tahlil, dan mendoakan diampuni dosanya serta diterima amal baiknya,” kata Cholil.
Tradisi nyadran
Dilansir dari Kompas.com, tradisi nyadran merupakan tradisi yang kerap dilakukan di wilayah Jawa, khusunya di daerah Jawa Tengah.
Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta ‘sraddha’ yang memiliki arti keyakinan.
Tradisi nyadran dilakukan dengan ziarah ke makan orang tua atau kerabat yang sudah tiada.
Ketika berada di makan, orang yang berziarah akan mendoakan orang tua atau kerabatnya sembari membersihkan dan menaburkan bunga pada makam tersebut. ***Kompas