Zulnas.com, Batubara — Sejak hari kedatangan Muhammad Basyir ke negri Aceh, sultan Ibrahim sadar negri Deli mulai melakukan pembangkangan, namun sultan Aceh ini juga harus berhati hati karena di negri Deli telah berkumpul orang kuat dari Bugis dan pasukan Belanda yang telah menguasai negri Siak. Sementara di dalam negri Aceh sultan Ibrahim mengalami kepayahan disebabkan perebutan kekuasaan kaum kerabatnya.
Beberapa bulan setelah jatuhnya negri Bedagai ke tangan Deli barulah Muhammad Basyir bisa mengungsikan kaum kerabatnya yang ditawan panglima Daud ke negri Bogak Batubahara.
Diceritakan, sebelumnya Bandar Rahmad memperistri putri pesisir Siak ditempatkan di negri Bogak. Dari perkawinan ini lahir Muhammad Baqi. Anak bandar Rahmad ini kawin dengan cik Anisun anak Datuk Bogak Husin. Perkawinan antara Muhammad Baqi dengan cik Anisun melahirkan Abdul Majid yang kelak akan menjadi Datuk di kedatukan Bogak menggantikan Indra Johan Abang ibunya yang tidak memiliki anak lelaki.
Namun pengungsian yang dilakukan Muhammad Basyir dan kaum kerabatnya ke negri Bogak Batubahara hanya berbilang bulan,kembali Muhammad Basyir membawa kaum kerabatnya mengungsi ke negri Langkat. Di negri ini Tengku Musa sultan kesultanan Langkat memberi kepercayaan kepada Muhammad Basyir sebagai orang besarnya.
Pada waktu yang bersamaan Penjajah Belanda setelah menaklukkan negeri Padang Sumatera barat menjejakkan kakinya di kerajaan Siak. Tak butuh waktu yang lama kerajaan Siak dapat dikuasai bala tentara Belanda. Jatuhnya Siak ke tangan Belanda sekaligus takluknya negri negri dalam kuasa Siak, dimulai dari Panai, kualuh ledong, Asahan, kedatukan di batubahara, Raya (Simalungun), Padang (bandar Khalifah), Bedagai, Serdang, Deli dan langkat.
Memastikan penaklukan ini dengan 200 kapal perang bala tentara Belanda mendarat di pelabuhan Bogak tanpa mendapat perlawanan apapun dari masyarakat tempatan, hanya sedikit gangguan yang dilakukan Datuk lima Laras.
Kedatangan pasukan Belanda pada tahun 1853 tanpa perlawanan ini dibuktinya dengan naiknya bendera Siak dihampir seluruh kerajaan yang berada di Sumatera Timur kecuali Asahan dan Kualuh Ledong.
Kedua kesultanan ini terbilang “anak emas” kesultanan Aceh karena keturunan langsung Tengku Iskandar Muda.
Sultan Asahan yang telah dibuang Belanda ke Batavia harus dipulangkan karena perlawanan rakyat Asahan yang tiada henti dan tak mengenal takut.
Kembali ke Muhammad Basyir yang berada di kesultanan Langkat, setelah beliau dipercaya sultan Musa menjadi orang besarnya, Muhammad Basyir mengumpulkan kaum kerabatnya. Menjemput yang tertinggal di Bedagai dan bogak Batubahara. ***ET