Zulnas.com, Batubara –Di bawah langit teduh Kecamatan Datuk Tanah Datar, riuh suara ibu-ibu dari Persatuan Batak Bersatu (PBB) memecah keheningan siang itu.
Mereka berdiri tegap dengan senyum yang tak pudar, sambil mengangkat tangan membentuk isyarat dua jari—simbol kepercayaan mereka pada sosok yang akan mereka pilih pada Pilkada 2024.
Di tengah-tengah mereka, H. Baharuddin Siagian, dengan senyum yang tulus dan tatapan penuh harap, disambut hangat oleh para warga. Mereka yakin, Bahar adalah pilihan terbaik untuk memimpin Kabupaten Batubara ke depan, bersama pasangannya, Syafrizal.
Panas terik tidak menyurutkan semangat warga Batak yang hadir dalam temu ramah ini. Mereka datang bukan sekadar sebagai pendukung, tetapi sebagai keluarga besar yang merasakan kedekatan emosional dengan Baharuddin. Di tengah suasana kebersamaan itu, terdengar suara hangat Bahar memberikan sambutannya.
“Saya merasa terhormat bisa berada di sini bersama kalian semua, satu rasa, satu jiwa. Mari kita bersatu, bergotong- royong, dan bersama-sama membawa perubahan bagi Batubara,” ucapnya dengan penuh keyakinan.
Tidak hanya silaturahmi yang mempertemukan Baharuddin Siagian dengan komunitas Batak. Hari itu, dia juga turut menghadiri pemakaman Salam Boru Sitorus, seorang warga desa Sei Muka yang berpulang kepada Sang Pencipta.
Di sana, Bahar berdiri di samping keluarga yang berduka, memberi semangat dan doa agar mereka tetap tabah. “Saya turut berduka cita. Semoga boru Sitorus mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan, dan bagi keluarga yang ditinggalkan, semoga diberi kekuatan menghadapi cobaan ini,” ucapnya penuh haru.
Di tengah kesedihan, ada kehangatan yang tak terelakkan. Di acara itu, Bahar bukan hanya seorang calon pemimpin, tetapi juga seorang sahabat dan pelipur lara bagi warga yang membutuhkan.
Ia menuntun prosesi pemakaman dengan rasa hormat, merangkul erat keluarga yang ditinggalkan, memberi mereka kekuatan yang dibutuhkan di saat-saat penuh duka.
Setelah prosesi selesai, Bahar kembali ke acara temu ramah bersama PAC PBB. Di sana, ia bukan lagi seorang figur politik yang dipandang dari kejauhan, melainkan bagian dari komunitas itu sendiri.
Suara tawa dan nyanyian Batak mengisi udara, ketika Bahar menyatu dengan warga, bernyanyi bersama, tertawa dalam kebahagiaan sederhana.
Warga Batak melihat dirinya dalam diri Bahar—seseorang yang memahami, peduli, dan hadir bukan sekadar untuk kampanye, tetapi untuk mengikat tali persaudaraan.
“Mari kita jadikan momen ini sebagai awal dari kebersamaan kita, membangun Batubara dengan penuh toleransi, semangat gotong-royong, dan solidaritas. Bersama, kita kuat!” serunya,
menutup acara dengan semangat yang menggelora. Warga bertepuk tangan, yakin bahwa harapan untuk masa depan yang lebih baik ada di pundak pemimpin seperti Baharuddin Siagian.
Di bawah langit yang mulai berwarna jingga, H. Baharuddin beranjak meninggalkan lokasi, tetapi semangatnya tetap tertinggal di hati setiap warga yang hadir.
Hari itu bukan hanya tentang politik, tetapi tentang bagaimana seorang pemimpin mampu menghidupkan kebersamaan, harapan, dan cinta pada tanah kelahiran mereka. (Dan).