Zulnas.com, Batubara — Di panggung politik Kabupaten Batubara, sorotan terarah pada pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati nomor urut 2, Baharuddin Siagian dan Syafrizal, yang kian gencar melakukan sosialisasi.
Sosialisasi yang dikemas dalam nuansa santunan anak yatim di Desa Suka Maju, Tanjung Tiram, pada Senin (7/10/2024), menjadi momen penting bagi Baharuddin untuk menyampaikan pesan kuat tentang arti amanah dalam kepemimpinan.
Dalam orasi politiknya, Baharuddin tidak sekadar mengajak warga untuk memilih dirinya. Ia menyentuh satu hal yang fundamental dalam politik: kepercayaan. Dengan nada yang penuh kesungguhan, Baharuddin melontarkan pertanyaan retoris kepada hadirin—mayoritas ibu-ibu—apakah mereka rela amanah yang telah diberikan kepada seorang pemimpin kemudian disia-siakan atau diberikan kepada orang lain?
“Maukah kalian, amanah yang kalian berikan kepada saya, saya buang kepada orang lain?” tanya Baharuddin. Respons warga yang hadir kompak dan keras: “Tidak!” Suara tersebut menggema, menjadi tanda kuat bahwa warga mendambakan pemimpin yang tidak hanya menerima kepercayaan tetapi juga menghargainya.
Politik Amanah dan Kepercayaan
Baharuddin, dengan cermat, memanfaatkan momen tersebut untuk menyoroti karakter pemimpin yang dianggapnya tidak amanah. Di hadapan ratusan warga, ia secara tidak langsung menyindir rival politiknya, Darwis, calon bupati nomor urut 1, yang baru-baru ini mengundurkan diri dari kursi DPRD Sumatera Utara periode 2024-2029, demi ambisi politik di Pilkada Batubara.
Bagi Baharuddin, langkah Darwis meninggalkan jabatan legislatifnya adalah pengkhianatan terhadap amanah rakyat yang sudah mempercayainya melalui pemilu legislatif. “Mau pilih pemimpin seperti ini?” tanyanya dengan nada tajam, yang lagi-lagi dibalas warga dengan jawaban bulat: “Tidak mau!”

Pemimpin yang Menjaga Janji
Dari perspektif politik, apa yang disampaikan Baharuddin bukanlah sekadar janji elektoral biasa. Ia sedang membangun narasi tentang integritas dan tanggung jawab seorang pemimpin. Bagi warga Batubara, yang telah terbiasa dengan dinamika politik yang sarat dengan janji, pertanyaan tentang siapa yang benar-benar bisa memegang amanah menjadi krusial.
Baharuddin menggunakan taktik yang terbilang efektif: ia memposisikan dirinya sebagai sosok yang akan menjaga kepercayaan warga, sambil secara implisit menunjukkan bahwa lawannya, Darwis, telah mengecewakan mereka dengan meninggalkan tanggung jawab yang sebelumnya sudah ia emban.
“Tak perlu kita berbohong, tapi pastikanlah amanah yang ibu-ibu dan bapak-bapak berikan kepada kita, kita akan pegang teguh amanah itu,” ujarnya menutup orasinya dengan penuh keyakinan.
Politik Lokal yang Sarat Emosi
Apa yang terjadi di Batubara ini mencerminkan betapa pentingnya kepercayaan publik dalam politik lokal. Di desa-desa kecil seperti Suka Maju, masyarakat kerap melihat politik dengan kacamata yang lebih personal. Hubungan antara pemimpin dan warga tidak hanya tentang janji-janji kampanye, tetapi juga soal siapa yang benar-benar dekat dan memahami kebutuhan mereka.
Baharuddin, dengan caranya yang blak-blakan namun emosional, berhasil menggerakkan hati masyarakat. Ia tidak datang sebagai politisi yang sekadar menawarkan program, tetapi sebagai figur yang ingin dipercaya dan menjaga amanah.
Dalam momen sosialisasi itu, ia berhasil menciptakan koneksi emosional dengan warga, terutama ibu-ibu, yang sering menjadi motor penggerak suara di wilayah pedesaan.

Apa yang Dipertaruhkan?
Pemilu Batubara 2024 ini lebih dari sekadar perebutan jabatan bupati. Ini adalah pertarungan tentang siapa yang dianggap warga mampu menjaga kepercayaan mereka.
Darwis, dengan rekam jejak politiknya yang meninggalkan kursinya di legislatif, kini harus menghadapi kritik tajam bahwa ia tidak mampu memenuhi amanah sebagai wakil rakyat. Baharuddin, di sisi lain, memposisikan dirinya sebagai antitesis dari sosok pemimpin yang dianggap tidak bertanggung jawab.
Dalam politik, persepsi adalah segalanya. Dan Baharuddin tampaknya paham benar bahwa di desa-desa seperti Suka Maju, isu tentang kepercayaan, amanah, dan tanggung jawab adalah topik yang sangat relevan. Dengan cara menyentuh hati warga melalui dialog yang personal dan emosional, ia berusaha menegaskan bahwa dirinya adalah pilihan terbaik untuk masa depan Batubara.
Akankah Pesan Ini Memenangkan Hati Rakyat?
Masih ada waktu sebelum hari pemilihan tiba, tetapi Baharuddin dan Syafrizal tampaknya sudah berada di jalur yang tepat untuk meraih simpati publik. Dengan menonjolkan tema amanah, mereka telah memukul titik lemah lawan mereka sekaligus menawarkan visi kepemimpinan yang berbasis pada kepercayaan.
Di tengah dinamika politik yang kian kompleks, pesan tentang pemimpin yang menjaga amanah mungkin adalah yang paling sederhana, namun juga paling kuat.
Akankah pesan ini berhasil memenangkan suara mayoritas? Waktu yang akan menjawab. Namun satu hal pasti, di Batubara, masyarakat tidak hanya memilih pemimpin, tetapi juga memilih siapa yang bisa menjaga amanah dan kepercayaan mereka dengan baik. ****Zn