Zulnas.com, Batubara — Di suatu siang yang terik, Rabu, 23 Oktober 2024, sebuah gerobak sate sederhana dengan roda yang berderit pelan melintas di jalan Ujung Kubu, Kecamatan Nibung Hangus, Kabupaten Batubara.
Aroma daging bakar yang menguar dari panggangan seolah menari-nari di udara, menarik perhatian mereka yang lewat, menyentuh hati dengan rasa lapar dan harapan akan kehangatan sejumput rezeki.
Gerobak itu milik seorang pedagang yang tak menyangka hari itu akan menjadi hari yang berbeda. Tak ada yang istimewa selain sebuah stiker kecil bertuliskan “BAHAGIA” yang menempel di sisi gerobaknya. Namun, di balik stiker itu, takdir tengah memintal benang nasib yang luar biasa.
Adalah Baharuddin Siagian, Calon Bupati Batubara nomor urut 2 yang lebih dikenal dengan sapaan hangat “Bahagia”. Ia melaju dalam iring-iringan kendaraan, melewati jalan-jalan desa yang penuh cerita.
Matanya tiba-tiba tertumbuk pada gerobak sate yang sederhana itu. Stiker bertuliskan namanya mengundang senyum di wajahnya. Seolah Tuhan menitipkan momen ini kepadanya, Bahagia spontan menghentikan kendaraannya.
Tanpa banyak bicara, Bahagia menghampiri gerobak, menyapa sang penjual dengan penuh kerendahan hati. Lalu, dalam sekejap, ia memutuskan untuk memborong seluruh dagangan hari itu.
Warga yang semula hanya memperhatikan dari kejauhan, kini berbondong-bondong mendekat, bersorak girang ketika mengetahui bahwa mereka akan mendapat sate gratis, sebuah kejutan yang tak terduga dari calon pemimpin mereka.
Ria, seorang ibu rumah tangga yang berada di lokasi, tak bisa menyembunyikan rasa syukurnya. “Senang kalilah, Pak! Kapan lagi dapat rezeki seperti ini?” ucapnya sambil tersenyum lebar, matanya berkilat-kilat menatap sosok Bahagia yang berdiri di antara kerumunan, memberikan kegembiraan sederhana yang menghangatkan hati.
Bagi si penjual sate, hari itu adalah hari yang ia tak pernah di sangka-sangka. “Alhamdulillah, terima kasih Pak Bahagia. Semoga rezekinya lancar, dan niatnya tercapai,” ucapnya dengan tulus, hatinya dipenuhi rasa syukur.
Dalam momen singkat itu, sebuah gerobak sate yang biasa menjadi saksi bisu hari-hari kerja keras berubah menjadi panggung keajaiban kecil. Tak ada janji-janji kosong, hanya tindakan nyata yang lahir dari hati.
Mungkin bagi Bahagia, ini hanyalah sebuah kebetulan. Tapi bagi mereka yang hadir, gerobak itu tak sekadar gerobak sate biasa, melainkan simbol harapan bahwa kebaikan masih bisa ditemui, bahkan di sudut-sudut paling tak terduga.
Di jalanan yang panas dan berdebu itu, tawa dan kegembiraan warga mencairkan segala keletihan. Mereka pulang dengan perut kenyang, tapi lebih dari itu, mereka membawa pulang keyakinan bahwa kebaikan masih hidup dan bernafas di antara kita kadang dalam bentuk sate, kadang dalam sosok pemimpin yang tak pernah lupa pada rakyatnya. ***Dan